VIVAnews -- Meski belum beranjak dari status Awas, pagi ini Gunung Bromo masih relatif tenang.
Petugas pengamatan pos pantau di Desa Ngadisari, Sikapura, Probolinggo, Ahmad Subhan mengatakan, perkembangan terakhir tremor amplitudo berkisar antara 3 sampai 5 milimeter.
"Untuk gempa vulkanik terjadi 11 kali," kata dia saat dihubungi VIVAnews, Kamis 25 November 2010.
Sementara, berdasarkan pengamatan secara visual, terlihat hembusan awan putih pekat dengan kecepatan sedang.
"Tingginya antara 150 sampai 200 meter. Asap bertiup dari atas bibir kawah ke arah selatan," tambah dia.
Saat ini, kata Ahmad, status Bromo masih Awas. "Warga dan pengunjung atau wisatawan dilarang mendekat ke radius 3 kilometer dari kawah," tambah dia.
Dalam waktu kurang dari 24 jam, status Bromo naik dua tingkat, Waspada jadi Siaga, lalu naik ke level tertinggi, Awas, pada Selasa 23 November 2010 pukul 23.00 WIB. Kenaikan status Bromo lebih cepat dibandingkan Merapi. Butuh empat hari bagi Merapi sebelum mencapai level Awas, pada 25 Oktober 2010.
Dosen Pasca Sarjana Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya, dan peneliti di Pusat Studi Kebumian dan Bencana, Dr Putu Artama mengatakan secara karakteristik, Bromo beda dengan Merapi.
"Jika terjadi letusan, material yang dimuntahkan pasir dan abu dengan kisaran radius 6 sampai 10 kilometer," terang Dr Putu Artama kepada VIVAnews.com.
Itu, berbeda dengan material yang dimuntahkan Gunung Merapi yang berupa lava pijar dan bebatuan. Juga awan panas 'wedhus gembel'.
Dan, Bromo juga terbentengi oleh lautan pasir. Seperti diketahui, topografi Gunung Bromo bertautan antara lembah dan ngarai dengan kaldera atau lautan pasir seluas sekitar 10 kilometer persegi.
"Yang membayakan itu adanya semburan berwarna kekuningan, karena itu kandungan belerang dan sangat berbahaya jika terhirup," tegas Putu Artama.
Petugas pengamatan pos pantau di Desa Ngadisari, Sikapura, Probolinggo, Ahmad Subhan mengatakan, perkembangan terakhir tremor amplitudo berkisar antara 3 sampai 5 milimeter.
"Untuk gempa vulkanik terjadi 11 kali," kata dia saat dihubungi VIVAnews, Kamis 25 November 2010.
Sementara, berdasarkan pengamatan secara visual, terlihat hembusan awan putih pekat dengan kecepatan sedang.
"Tingginya antara 150 sampai 200 meter. Asap bertiup dari atas bibir kawah ke arah selatan," tambah dia.
Saat ini, kata Ahmad, status Bromo masih Awas. "Warga dan pengunjung atau wisatawan dilarang mendekat ke radius 3 kilometer dari kawah," tambah dia.
Dalam waktu kurang dari 24 jam, status Bromo naik dua tingkat, Waspada jadi Siaga, lalu naik ke level tertinggi, Awas, pada Selasa 23 November 2010 pukul 23.00 WIB. Kenaikan status Bromo lebih cepat dibandingkan Merapi. Butuh empat hari bagi Merapi sebelum mencapai level Awas, pada 25 Oktober 2010.
Dosen Pasca Sarjana Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya, dan peneliti di Pusat Studi Kebumian dan Bencana, Dr Putu Artama mengatakan secara karakteristik, Bromo beda dengan Merapi.
"Jika terjadi letusan, material yang dimuntahkan pasir dan abu dengan kisaran radius 6 sampai 10 kilometer," terang Dr Putu Artama kepada VIVAnews.com.
Itu, berbeda dengan material yang dimuntahkan Gunung Merapi yang berupa lava pijar dan bebatuan. Juga awan panas 'wedhus gembel'.
Dan, Bromo juga terbentengi oleh lautan pasir. Seperti diketahui, topografi Gunung Bromo bertautan antara lembah dan ngarai dengan kaldera atau lautan pasir seluas sekitar 10 kilometer persegi.
"Yang membayakan itu adanya semburan berwarna kekuningan, karena itu kandungan belerang dan sangat berbahaya jika terhirup," tegas Putu Artama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar