Hal yang paling mendasar dari penggunaan suatu tumbuhan sebagai obat atau sebagai obyek penelitian adalah kebenaran atau keaslian dari tumbuhan tersebut.
Tumbuhan obat dapat mempunyai banyak nama, dan nama-nama tersebut digolongkan ke dalam dua kelompok: Nama lokal (nama daerah/nama setempat) dan nama ilmiah (nama internasional/nama latin). Suatu tumbuhan obat dapat mempunyai banyak nama lokal, tetapi hanya satu nama ilmiah yang diakui atau dikenal di seluruh dunia.
Sebagai contoh: Jahe.
Jahe dapat mempunyai banyak nama lokal, misalnya: halia (Aceh); beuing (Gayo); bahing ( Batak karo); pege (Toba); sipode (Mandailing); lahia (Nias); alia, jae (Melayu); sipadeh, sipodeh (Minangkabau); pege (Lubu); jahi (Lampung); jahe (Sunda); jae (Jawa); jhai (Madura); jae (Kangean); lai (Dayak); jae (Bali); reja (Bima); alia (Sumba); lea (Flores); luya (Mongon-dow); moyuman (Ponos); melito (Gorontalo); yuyo (Buol); kuya (Baree); laia (Makasar); pese (Bugis); hairalo (Aimahai); pusu, seeia, sehi (Ambon); sehi (Hila); sehil (Nusa laut); siwei (Buru); geraka (Ternate); gora (Tidore); laian (Aru); leya (Alfuru); lali (Papua-Kalana fat); manman (papua (Kapaur). Ginger (Inggris); shengjiang(China), gung, sinh khuong, can khuong, co kinh (Thai). Tetapi, jahe hanya mempunyai satu nama ilmiah, yaitu Zingiber officinale Roscoe yang dikenal diseluruh dunia.
Masalah yang timbul berkaitan dengan nama tumbuhan adalah:
1. Tumbuhan yang sama (nama ilmiah sama), tetapi mempunyai nama lokal berbeda.
Contoh: jahe. Di Jawa, jahe (Zingiber officinale Roscoe) di kenal dengan nama jae, tetapi di Aceh disebut
halia, di Minangkabau disebut sipadeh dan di Inggris dikenal sebagai ginger.
2. Tumbuhan dengan nama lokal yang sama, tetapi nama ilmiah berbeda.
Contoh: kecibeling. Tumbuhan kecibeling dapat mempunyai beberapa nama ilmiah, yaitu: Strobilanthes crispusL.; Ruellia napifera Zoll et Mor.; Hemigraphis colorata Hall. f. Tumbuhan kunci pepet dapat mempunyai dua nama ilmiah Kaempferia rotunda L (di daerah Surabaya, Jawa timur – gambar sebelah kiri) dan dapat pula bernama Kaempferia angustifolia Roscoe (di daerah Semarang, Jawa tengah – gambar sebelah kanan).
Akibat dari permasalahan nama tumbuhan tersebut kemungkinan dapat menimbulkan kekeliruan dalam penggunaan oleh masyarakat, padahal tumbuhan yang berbeda, manfaat/ khasiatnya mungkin berbeda.
Contoh: rimpang K. rotunda L. digunakan sebagai obat sakit perut; sedangkan rimpang K. angustifolia Roscoe digunakan sebagai obat panas, disentri, mencret, masuk angin dan menguruskan badan. Perbedaan manfaat tersebut salah satu penyebabnya adalah adanya perbedaan kandungan kimianya.
Pengelola Obat Herbal Indonesia (OHI) beserta beberapa peneliti lain telah melakukan penelitian terhadap kandungan minyak atsiri dari rimpang kedua jenis Kaempferia tersebut. Hasil penelitian yang berjudul: ” Composition of the essential oils of Kaempferia rotunda L. and Kaempferia angustifolia Roscoe rhizomes from Indonesia”. Ditulis bersama oleh Herman J. Woerdenbag, (Groningen Research Institute of Pharmacy (GRIP), Groningen University Institute for Drug Exploration (GUIDE), Antonius Deusinglaan 2, 9713 AW Groningen, The Netherlands) ; Tri Windono (Laboratorium Biologi Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Surabaya, Jalan Raya Kalirungkut, Surabaya 60293, Indonesia); Rein Bos and Wim J. Quax (Department of Pharmaceutical Biology, Groningen Research Institute of Pharmacy (GRIP), Groningen University Institute for Drug Exploration (GUIDE), Antonius Deusinglaan 1, 9713 AV Groningen, The Netherlands); Sudarsono Riswan (Herbarium Bogoriense, Indonesian Institute of Science (LIPI), Jalan Ir. H. Juanda 22, PO Box 332, Bogor 16122, Indonesia), dan telah dipublikasikan dalam Flavour and Fragrance Journal, Vol. 19; issue 2 (2004), 145-148.
Abstract
The volatile constituents of rhizomes (main rhizome, lateral parts) of two medicinally used Indonesian plants of the family Zingiberaceae, Kaempferia rotunda L. and K. angustifolia Roscoe, were investigated by GC and GC-MS (EI) analysis. A total of 75 compounds were identified. The most abundant constituents were benzyl benzoate (69.7%, 20.2%), n-pentadecane (22.9%, 53.8%) and camphene (1.0%, 6.2%) in K. rotunda, and n-pentadecane (17.8%, 5.0%), camphene (9.1%, 12.4%), camphor (6.2%, 5.7%) and bornyl formate (3.7%, 16.3%) in K. angustifolia. Although both species are known in Java under the same local name (kunci pepet) and probably will be interexchanged, there are some marked phytochemical differences. Copyright © 2004 John Wiley & Sons, Lt
Tumbuhan obat dapat mempunyai banyak nama, dan nama-nama tersebut digolongkan ke dalam dua kelompok: Nama lokal (nama daerah/nama setempat) dan nama ilmiah (nama internasional/nama latin). Suatu tumbuhan obat dapat mempunyai banyak nama lokal, tetapi hanya satu nama ilmiah yang diakui atau dikenal di seluruh dunia.
Sebagai contoh: Jahe.
Jahe dapat mempunyai banyak nama lokal, misalnya: halia (Aceh); beuing (Gayo); bahing ( Batak karo); pege (Toba); sipode (Mandailing); lahia (Nias); alia, jae (Melayu); sipadeh, sipodeh (Minangkabau); pege (Lubu); jahi (Lampung); jahe (Sunda); jae (Jawa); jhai (Madura); jae (Kangean); lai (Dayak); jae (Bali); reja (Bima); alia (Sumba); lea (Flores); luya (Mongon-dow); moyuman (Ponos); melito (Gorontalo); yuyo (Buol); kuya (Baree); laia (Makasar); pese (Bugis); hairalo (Aimahai); pusu, seeia, sehi (Ambon); sehi (Hila); sehil (Nusa laut); siwei (Buru); geraka (Ternate); gora (Tidore); laian (Aru); leya (Alfuru); lali (Papua-Kalana fat); manman (papua (Kapaur). Ginger (Inggris); shengjiang(China), gung, sinh khuong, can khuong, co kinh (Thai). Tetapi, jahe hanya mempunyai satu nama ilmiah, yaitu Zingiber officinale Roscoe yang dikenal diseluruh dunia.
Masalah yang timbul berkaitan dengan nama tumbuhan adalah:
1. Tumbuhan yang sama (nama ilmiah sama), tetapi mempunyai nama lokal berbeda.
Contoh: jahe. Di Jawa, jahe (Zingiber officinale Roscoe) di kenal dengan nama jae, tetapi di Aceh disebut
halia, di Minangkabau disebut sipadeh dan di Inggris dikenal sebagai ginger.
2. Tumbuhan dengan nama lokal yang sama, tetapi nama ilmiah berbeda.
Contoh: kecibeling. Tumbuhan kecibeling dapat mempunyai beberapa nama ilmiah, yaitu: Strobilanthes crispusL.; Ruellia napifera Zoll et Mor.; Hemigraphis colorata Hall. f. Tumbuhan kunci pepet dapat mempunyai dua nama ilmiah Kaempferia rotunda L (di daerah Surabaya, Jawa timur – gambar sebelah kiri) dan dapat pula bernama Kaempferia angustifolia Roscoe (di daerah Semarang, Jawa tengah – gambar sebelah kanan).
Akibat dari permasalahan nama tumbuhan tersebut kemungkinan dapat menimbulkan kekeliruan dalam penggunaan oleh masyarakat, padahal tumbuhan yang berbeda, manfaat/ khasiatnya mungkin berbeda.
Contoh: rimpang K. rotunda L. digunakan sebagai obat sakit perut; sedangkan rimpang K. angustifolia Roscoe digunakan sebagai obat panas, disentri, mencret, masuk angin dan menguruskan badan. Perbedaan manfaat tersebut salah satu penyebabnya adalah adanya perbedaan kandungan kimianya.
Pengelola Obat Herbal Indonesia (OHI) beserta beberapa peneliti lain telah melakukan penelitian terhadap kandungan minyak atsiri dari rimpang kedua jenis Kaempferia tersebut. Hasil penelitian yang berjudul: ” Composition of the essential oils of Kaempferia rotunda L. and Kaempferia angustifolia Roscoe rhizomes from Indonesia”. Ditulis bersama oleh Herman J. Woerdenbag, (Groningen Research Institute of Pharmacy (GRIP), Groningen University Institute for Drug Exploration (GUIDE), Antonius Deusinglaan 2, 9713 AW Groningen, The Netherlands) ; Tri Windono (Laboratorium Biologi Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Surabaya, Jalan Raya Kalirungkut, Surabaya 60293, Indonesia); Rein Bos and Wim J. Quax (Department of Pharmaceutical Biology, Groningen Research Institute of Pharmacy (GRIP), Groningen University Institute for Drug Exploration (GUIDE), Antonius Deusinglaan 1, 9713 AV Groningen, The Netherlands); Sudarsono Riswan (Herbarium Bogoriense, Indonesian Institute of Science (LIPI), Jalan Ir. H. Juanda 22, PO Box 332, Bogor 16122, Indonesia), dan telah dipublikasikan dalam Flavour and Fragrance Journal, Vol. 19; issue 2 (2004), 145-148.
Abstract
The volatile constituents of rhizomes (main rhizome, lateral parts) of two medicinally used Indonesian plants of the family Zingiberaceae, Kaempferia rotunda L. and K. angustifolia Roscoe, were investigated by GC and GC-MS (EI) analysis. A total of 75 compounds were identified. The most abundant constituents were benzyl benzoate (69.7%, 20.2%), n-pentadecane (22.9%, 53.8%) and camphene (1.0%, 6.2%) in K. rotunda, and n-pentadecane (17.8%, 5.0%), camphene (9.1%, 12.4%), camphor (6.2%, 5.7%) and bornyl formate (3.7%, 16.3%) in K. angustifolia. Although both species are known in Java under the same local name (kunci pepet) and probably will be interexchanged, there are some marked phytochemical differences. Copyright © 2004 John Wiley & Sons, Lt
Tidak ada komentar:
Posting Komentar