Minggu, 09 Desember 2012

Deskripsi Budaya (Antropologi)


KATA PENGANTAR

          Puji syukur saya panjatkan kehadiran Ilahi Robbi yang telah memberikan saya kesehatan dan kenikmatan akal serta rahamatNya. Sehingga saya dapat menyelesaikan tugas akhir mata kuliyah Madkhol Ila Ilmi Tsaqofah ini dengan judul Tradisi Hari Raya Ketupat di Desa Beji Kabupaten Tuban. Yang dalam penyelesaian tugas ini dosen pengampu selaku Bapak H. Gufron Hambali, M.Hi selalu membimbing kami.
            Pada kesempatan kali ini saya juga tak Lupa mengucapaka terima kasih kepada bapak H. Gufron Hambali, M.Hi selaku dosen dari mata kuliyah ini yang telah memberikan tugas ini kepada saya, karena dengan adanya tugas ini saya selebih dapata memahami makna dari budaya yang ada di sekitar saya. Kemudian saya ingin lebih bisa melestarikan budaya yang telah ada di sekitar kita, yang mana di zaman sekarang ini telah banyak budaya barat yang mendominasi di indonesia ini untuk itu dengan adanya makalah ini saya berharap ingin menumbuhkan rasa sayang terhadap budaya kita.
            Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini sangat jauh dario kesempurnaan karena tak ada manusia yang  tak luput dari salah dan lupa. Oeh karena itu saran dan kritik saya butuhkan untuk membangun supaya lebih lebih berkembang dari apa yang saya miliki.Semoga makalh ini lebih bisa bermanfaat dari semestinya.




Malang, November-2012


Penulis
 





DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR......................................................................................... i....
DAFTAR ISI...................................................................................................... ii
BAB I  PENDAHULUAN................................................................................ 1
A.    Latar Belakang........................................................................................ 1
B.     Rumusan Masalah................................................................................... 2
C.     Tujuan Pengamatan................................................................................. 2

BAB II  KAJIAN TEORI.................................................................................. 3
A.    Kebudayaan............................................................................................ 3
B.     Konsep Kebudayaan............................................................................... 5
C.     Tiga Wujud Kebudayaan........................................................................ 5
D.    Sistem Nilai Budaya, Pandangan Hidup, dan Ideologi.......................... 6
E.     Unsur-Unsur Kebudayaan....................................................................... 7
F.      Etos Kebudayaan.................................................................................... 8
BAB III  PEMBAHASAN................................................................................ 9
A.    Deskripsi Budaya Hari Raya Ketupat..................................................... 9
B.     Pengertian Etnografi............................................................................. 11
C.     Hasil Pengamatan.................................................................................. 13
BAB IV  PENUTUP........................................................................................ 16
A.    Kesimpulan............................................................................................ 16
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 17





BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Jawa adalah salah satu daerah yang masih memegang kental kebudayaan-kebudayaan nenek luhur mereka.  Meskipun saat ini banyak diantara mereka yang telah melupakannya karena banyaknya transformasi beberapa budaya, tapi di salah satu daerah Tuban khususnya desa Beji  masih tetap melestarikan budaya Hari Raya Ketupat satu minggu setelah Hari Raya Idul Fitri. Dalam makalah saya akan membahas tentang pelaksanaan Hari Raya Ketupat tersebut. Disini alasan saya mengambil tema tersebut karena dalam hal ini saya mengkaji ritual tersebut dengan pendekatan etnografi. Meurut sejumlah besar antropolog, sampai Malinowski, menyatakan bahwa hendaknya tujuan yang dijangkau oleh etnografi adalah penyingkapan hal-hal yanng harus diketahui seseorang agar mampu mengenal dan menjelajahi seluk-beluk suatu budaya tertentu[1].
Dengan mengikuti pengertian yang diberikan oleh Turner (1966: 19), ritual diartikan sebagai perilaku tertentu yang bersifat formal, dilakukan dalam waktu tertentu secara berkala, bukan sekedar sebagai rutinitas yang bersifat teknis, melainkan mengacu pada tindakan yang didasari oleh keyakinan religius terhadap kekuasaan atau kekuatan-kekuatan mistis[2]. Meskipun begitu nilai-nilai yang terkandung dalam acara tersebut bernilai keislaman karena dalam penggunaan mantra-mantra, mereka menggunakan bacaan shalawat dan ayat-ayat al Qur’an.

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimanakah Budaya Hari Raya Ketupat?
2.      Apa itu Etnografi?
3.      Bagaimana Hasil pengamatan budaya tersebut dengan pendekatan Etnografi?


C.     Tujuan
1.      Untuk mengetahui pendiskripsian dari Budaya Hari Raya Ketupat di Desa Beji Kabupaten Tuban
2.      Untuk mengetahuI pengertian dari Etnografi
3.      Untuk mengetahui








BAB II
KAJIAN TEORI

A.                Kebudayaan
Kebudayaan adalah sebuah konsep yang definisinya sangat beragam. Pada abad ke-19, istilah kebudayaan umumnya di gunakan untuk seni rupa, sastra, filsafat, ilmu alam, dan musik, yang menunjukkan semakin besarnya kesadaran bahwa seni dan ilmu pengetahuan di bentuk oleh linkungan sosialnya. peningkatan kesadaran inilah yang membuat maraknya sejarah sosial kebudayaan. (Peter Burke :2003)
Pertama, makna istilah “kebudayaan” telah semakin meluas karena  semakin luasnya perhatian para sejarahwan, sosiologiwan, dan lain-lain. Perhatian semakin banyak di curahkan kepada kebudayaan populer, yakni sikap-sikap dan nilai-nilai masyarakat awam serta pengungkapan ke dalam kesenian rakyat, lagu rakyat, cerita rakyat, festival rakyat, dan lain-lain. (Peter Burke :2003)
Manusia mempunyai keunggulan, yaitu kebudayaan, yang memungkinnya hidup di segala macam lingkungan alam sehingga ia menjadi makhluk yang paling berkuasa di manapun ia berada. Walaupun demikian, segalam kemampuan manusia itu tidak merupakan bawaan dari alam (naluri), tetapi harus dikuasai dengan belajar. (Peter Burke :2003)
Raph lintop menjelaskan bagaimana definisi kebudayaan dan kehidupan sehari-hari berbeda dari definisi seorang ahli antropologi, yaitu antroplogi adalah seluruh cara kehidupan dari masyarakat yang mana pun dan tidak hanya mengenai sebagian cara hidup itu yaitu bagian yang oleh masyarakat dianggap lebih tinggi atau lebih diinginkan. Jadi, kebudayaan menunjuk kepada berbagai aspek kehidupan. Kata itu meliputi cara-cara berlaku, kepercayaan-kepercayaan dan sikap-sikap, dan juga hasil dari kegiatan manusia yang khas untuk suatu masyarakat atau kelompok penduduk tertentu. (T.O.Ihromi :1996)
Dalam antropologi, yang meneliti dan menganalisa berbagai cara hidup manusia dan berbagai sistem tindakan manusia, aspek belajar merupakan aspek pokok. Karena itu dalam memberi batasan kepada konsep “kebudayaan”, antropologi sering sekali sangat berbeda dengan ilmu lain. Arti “kebudayaan” dalam bahasa sehari-hari pun umumnya terbatas apda segala sesuatu yang indah misalnya candi, tarian, seni rupa, seni suara, kasastraan, dan filsafat. Menurut antropologi, “kebudayaan adalah seluruh sistem gagasan dan rasa, tindakan, serta karya yangdi hasilkan manusia dalam kehidupan bermasyarakat, dan dijadikan miliknya dengan belajar”. (Koentjaraningrat :2009)
Dengan demikian hampir semua tindakan manusia adalah “kebudayaan” kerena hanya sedikit tindakan manusia dalam kehidupan masyarakat yang tidak perlu di biasakan dengan belajar, yaitu hanya beberapa tindakan naluri, beberapa refleks, beberapa tindakan akibat proses fisiologi, atau kelakuan membabi buta. Bahkan berbagai tindakan manusia yang merupakan naluri yang terbawa dalam gen bersama kelahirannya( seperti makan, minum, atau berjalan dengan kedua kakinya), juga di rombak olehnya menjadi tindakan kebudayaan. (T.O.Ihromi :1996)
Definisi yang menganggap bahwa “kebudayaan” dan “tindakan kebudayaan” itu adalah segala tindakan yang harus dibiasakan oleh manusia dengan belajar (learned behavior). Kebudayaan adalah hasil dari cipta, karsa, dan rasa. Eko A Meinarno, Bambang Widianto, dan Rizka Halida, 2011)
Jika di lihat kebudayaan sama dengan peradaban, namjun  hal itu jelas-jelas berbeda. Peradaban adalah bagian-bagian dan unsur-unsur dari kebudayaan yang halus, maju, dan indah, seperti kesenian, ilmu pengetahuan, sopan santun, dan lain-lain. (Eko A Meinarno, Bambang Widianto, dan Rizka Halida, 2011)
B.                 Konsep Kebudayaan
Keesing mengidentifikasi empat pendekatan terakhir terhadap masalah kebudayaan.
Pendekatan pertama yang memandang kebudayaan sebagai sistem adaptif dari keyakinan dan perilaku yang di pelajari yang fungsi primernya adalah menyesuaikan masyarakat manusia dengan lingkungannya.
Kedua, adalah yang memandang kebudayaan sebagai sistem kognitif yang tersusun dari apapun yang di ketahui dalam berpikir menurut cara tertentu, yang dapat diterima bagi warga kebudayaan (natives) yang diteliti.
Ketiga, adalah yang memandang kebudayaan sebagai sistem struktur dari simbol-simbol yang dimilki bersama yang memilki analogi dengan struktur pemikiran manusia.
Dan keempat, yang memandang kebudayaan sebagai sistem simbol yang terdiri dari simbol-simbol dan makna-makna yang di miliki bersama, yang dapat diidentifikasi, dan bersifat publik.
(Eko A. Meinarno, Bambang Widianto, dan Rizka Halida, 2011)
C.                Tiga wujud kebudayaan
Terdapat tiga gejala kebudayaan, yaitu ideas, activities, dan artifacts, dan kebudayaan ada tiga wujudnya, yaitu:
1)      Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide, gagasan, nilai, norma, peraturan dan sebagainya.
2)      Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat,
3)      Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia
Wujud pertama adalah wujud ideal dari kebudayaan. Sifatnya abstrak, tidak dapat diraba atau difoto. Lokasinya ada di dalam kepala atau dengan perkataan lain, dalam alam pikiran warga masyarakat tempat kebudayaan bersangkutan itu hidup. Gagasan atau ide yang dimiliki manusia itu selalu berkaitan menjadi suatu sistem yaitu cultural system.
Wujud kedua dari kebudayaan di sebut sistem sosial atau social system, mengenai tindakan berpola dari manusia itu sendiri.
Wujud ketiga dari kebudayaan disebut kebudayaan fisik. Berupa seluruh hasil fisik dan aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat.
(Koentjaraningrat :2009)
D.                Sistem Nilai Budaya, Pandangan Hidup, dan Ideologi
Sistem nilai budaya merupakan tingkat paling tinggi dan paling abstrak dari adat-istiadat. Hail itu disebabkan karena nillai budaya merupakan konsep-konsep mengenai ssesuatu yanag ada dalam alam pikiran sebagian besar dari masyarakat yang mereka anggap bermilai, berharga, dan penting dalam hidup sehingga dapat berfungsi sebagai suatu pedoman yang memberi arah dan orientasi pada kehidupan para warga masyarakat. (Koentjaraningrat :2009)

Terdapat masalah dasar dalam kehidupan manusia yang menjadi landasan bagi kerangka variasi sistem nilai budaya, (Koentjaraningrat :2009) yaitu:
1)      Masalah hakikat dari hidup manusia (selanjutnya disingkat MH), yaitu ada kebudayaan yang memandang hidup manusia pada hakikatnya suatu hal yang buruk dan menyedihkan dan kerena itu harus dihindari.
2)      Masalah hakikat dari karya manusia (selanjutnya disingkat MK), yaitu ada kebudayaan yang memandang bahwa karya manusia pada hakikatnya bertujuan untuk memungkinkan hidup;kebudayaaan lain menganggap hakikat dari karya manusia itu untuk memberikan suatu kedudukan penuh kehormatan dalam masyarakat.
3)      Masalah hakikat dari kedudukan manusia dalam ruang waktu (selanjtnya disingkat MW), yaitu ada kebudayaan yang memandang penting masa lampau dalam kehidupan manusia.
4)      Masalah hakikat dari hubungan manusia dengan alam sekitarnya (selanjutnya disingkat MA), yaitu ada kebudayaan yang memandang alam sebagai suatu hal yang begitu dahsyat sehingga manusia pada hakekatnya hanya dapat bersifat menyerah saja tanpa berusaha banyak, dan ada juga yang berpikirab sebaliknya.
5)      Maslah hakikat dari hubungan manusia dengan sesamanya (selanjutnya disingkat MM), yaitu ada kebudayan yang sangat mementingkan hubungan vertikal antara manusia dengan sesamanya.

E.                 Unsur-unsur kebudayaan
Terdapat tujuh unsur yang bisa di sebut sebagai pokok dari tiap kebudayaan di dunia, yaitu:
1)      Bahasa
2)      Sistem pengetahuan
3)      Organisasi sosial
4)      Sistem peralatan hidup dan teknologi
5)      Sistem mata pencaharian hidup
6)      Sistem religi
7)      Kesenian
Tiap-tiap unsur kebudayaan universal sudah tentu juga menjelma dalam ketiga wujud kebudayaan terurai di atas, yaitu wujudnya berupa sistem budaya, berupa sistem sosial, dan berupa unsur-unsur kebudayaan fisik. (Koentjaraningrat :2009)
F.                 Etos kebudayaan
Dari suatu kebudayaan dapat tampak suatu watak khas (ethos), seperti yang tampak misalnya pada gaya tingkah laku, kegemaran, atau benda-benda budaya asli karya para warga masyarakatnya. Dengan demikian orang batak yang mengamati kebudayaan jawa yang baginya asing, mungkin akan mengatakan bahwa watak bahwa watak khas kebudayaan jawa memancarkan keselarasan, kesuraman, ketenangan yang berlebihan sehingga dapat disebut lamban, kebiasaan serta tingkah laku yang mendetail dan gemar akan karya serta gagasan yang berbelit-belit. (Koentjaraningrat :2009)
Mengenai watak khas para warga suku-suku banga terurai diatas berikut uraian tentang metode analisa kebudayaan secra holistik, maupun cara-cara untuk mendapatkan pengertian tentang suku kebudayan secara terintegrasi. (Koentjaraningrat :2009)[3]


BAB III
PEMBAHASAN

A.                Deskripsi Budaya Hari Raya Ketupat

Hari raya ketupat atau biasanya sering disebut sebagai “kupatan” adalah agenda tahuna di masyarakat desa Beji dan sekitarnya. Tidaknya hanya di desa tersebut masyarakat luar dari desa tersebut juga telah menjadikan kupatan sebagai agenda tahunan yang dilakukan satu minggu setelah hari raya Idul Fitri. Karena untuk memperingati setelah 6 hari puasa Syawal.
Sebagaimana hari raya ketupat merupakan rutinitas umat Islam yang dilakukan seminggu setelah hari raya Idul Fitri. Pada hari raya ketupat mayoritas umat muslim memasak ketupat lalu dibawa ke Masjid atau Mushalla untuk menggelar doa bersama. Setelah itu ketupat dibagikan kepada tetangga atua dimakan sekeluarga.
Untuk diketahui juga ketupat sudah menjadi bagian dari tradisi merayakan Idul Fitri di seluruh Nusantara. Bahkan Malaysia dan Bruneidarussalam juga telah menjadikan hari raya ketupat sebagai tradisi. Selain itu ketupat juga telah menjadi makanan ssehari-hari seperti Balikpapan yang sehari-hari penduduknya sering mendenganr penjaja ketupat sayur yang dimakan dengan soto Makasaar maupun ketupat Kandangan.
Menurut Budayawan Djawahir Muhammad seperti dikutip oleh Surya Merdeka, ketupat itu sebenarnya melambangkan bahwa seseorang yang membawa ketupat itu ngaku ia manusia yang lepat (salah). Kesalahan manusia yang bermacam-macamitu tercermin pada nyaman ketuppat yang berselang seling dan rumit.
Kalau ketupat kita belah tampak warnanya putih. Itulah cerminan hati yang putih, bersih, dan suci setelah kita memohon ampun dari segala kesalahan. Bentuuknya yang indah itu melambangkan kesempurnaan umat muslim menuntaskan ibadah puasanya setelah sebulan.
Maka ketika kita mengantarkan hidangan ketupat lauk pelengkapnya kepada sanak saudara dan kerabat secara simbolis kita menyatakan permohonan maaf serta menjalin tali silaturrahim, inilah makna lain yang terkandung dalam keindahan ketupat.
Meskipun belum ditemukan literature yang menyebutkan secara jelas siapa dan kapan yang menemukan ketupat, Sunan Kalijogo dipercaya sebagai tokoh yang pertama kali memperkenalkan makanan nasi yang terbungkus daun muda pohon kelapa itu kepada masyarakat Jawa. Selain itu beliau juga yang konon memperkenalkan perayaan Bakda Kupat[4]
Selain itu ketupat juga bermakna sebagai sudah cukup melakukan empat perkara, diantara empat perkara tersebut adalah : 1) Sudah berpuasa Romadhon, 2) Sudah berzakat, 3) Sudah sholat Ied, 4) Sudah berpuasa Syawal 6 hari[5].
Selain itu sumber lain juga mengatakan bahwa dalam sejarah Sunan Kalijaga adalah orang yang pertama memperkenalkan masyarakat Jawa. Beliau memperkenalkan dua kali Bakda, yaitu Bakda Lebaran dan Bakda Kupat, yaitu seminggu setelah lebaran. Pada hari yang disebut Bakda Kupat tersebut di tanah Jawa hampir setiap rumah terlihat menganyam ketupat dari daun muda. Setelah selesai dimasak ketupat tersebut diantarkan ke kerabat yang lebih tua, yang akan menjadi sebuah lambang kebersamaan.
Ketupat sendiri menurut para ahli mempunyai beberapa arti, diantaranya mencerminkan beberapa kesalahan manusia, dilihat dari rumitnya anyaman bungkus ketupat. Yang kedua mencerminkan kebersihan dan kesucian hati setelah mohon ampun dari segala kesalahan, dilihat dari warna putih ketupat ketika dibelah menjadu dua. Yang ketiga mencerminkan kesempurnaan, jika dilihat dari bentuk ketupat. Semua itu dihubungkan dengan kemenangan umat Muslim setealh sebulan lamanya berpuasa dan akhirnya menginjak hari yang fitri[6].
Jadi kesimpulannya hampir semua masyarakat Muslim di seluruh Indonesia khususnya tanah Jawa mempunyai tradisi hari raya ketupat yang dilaksanakan seminggu setelah hari raya Idul Fitri ataupun pada saat hari Raya Idul fitri. Karena tradisi tersebut telah ada sejak penyebaran islam pertama di tanah Jawa ini yakni pada masa Sunan Kalijaga. Meski dalam pelaksanaannya penyebutan ketupat berbeda di antara berbagi daerah di Indonesia.

B.                 Pengertian Etnografi
Etnografi berasl dari kata Ethos yaitu bangsa atau suku, sedangkan Graphein yaitu tulisan atau uraian. Etnografi adalah suatu kajian tentang kehidupan atau kebudayaan suatu masyarakat atau etnik misalnya adat istiadat, kebiasaan, hukum, seni, religi, bahasa. Bidang kajian yang mungkin berdekatan dengan etnografi adalah atnologi, yaitu kajian perbandingan tentang kebudayaan dari berbagai masyarakat atau kelompok. (Richards, dkk; 1985).
Istilah Etnografi sebenarnya merupakan istilah antropologi, etnografi merupakan embrio dari antropolgi. Lahir pada tahap pertama dari perkembangannya sebelum abad 1800-an. Etnografi juga merupakan hasil catatan penjelajah eropa tatkala mencari rempah-rempah di Indonesia (Koentjaraningrat, 1989: 1). Mereka mecatat hal-hal yang menarik yang dijumpai selama perjalanan, antara lain: adat istiadat, susunan masyarakat, bahsa dan ciri-ciri fisik dari suku bangsa-bangsa tersebut[7].
Michel H.Agar (1986: 12-24) memberikan tawaran baru tentang penelitian etnografi dengan dilandasi oleh  pemikiran fenomenologi mengutip pendapat Giddens adalah inti dari proses mediasi kerangka pemikiran “hakikat dari suatu mediasi tertentu akan bergantung dari hakikat tradisi dimana terjadi kontak penelitian lapangan”.
Charles Winnick (1915: 193) mendefinisikan etnografi sebagai study of individual cultures it is primaly a descriptive and non interpretative study. Adam E.Hoebel (1966: 8) Etnogafi adalah yo erite about people as we use the term if refers to descriptive of study human society, menulis tentang masyarakat. Penulisannya mengaca pada penulisan  deskriptif. Roger M.Keesing(1989: 250) mendefinisikan etnografi sebagai pembuatan dokumentasi dan analisis budaya tertentu dengan mengadakan penelitian lapangan. Artinya dalam mendefinisikan suatu kebudayaan seorang etnografer (peneliti etnografi) juga menganalisis[8].
Etnografi adalah salah satu strategi penelitian ilmiah yang sering digunakan dalam ilmu sosial, terutama dalam antropologi dan beberapa cabang sosiologi juga dikenal sebagai salah satua cabang ilmu sejarah yang mempelajari masyarakat, kelompok etnis dan formasi etnis lainnya, etnogenesis, komposisi, perpindahan tempata tinggal, karakteristik kesejarahteraan sosial juga budaya material dan spiritual mereka. Etnografi sering digunakan untuk mengumpulkan data empiris dan tentang masyarakat dan budaya manusia. Pengumpulan data biasanya dilakukan dengan wawancara pengamatan, partisipasi, wawancara, kuesioner, dll. Ilmu ini bertujuan untuk menjelaskan keadaan masyarakat yang dipelajari melalui tulisan[9].   
Sering dikatakan Malinowski adalah pendekar wawasan bahwa misi utama etnografi adalah “memahami pandangan hidup warga pribumi dalam rangka realisasi impian para warga pribumi tentang dunia”[10].
Jenis karangan yang terpenting yang mengandung bahan pokok dari pengolahan dan analisis antropologi adalah karangan etnografi. Dari sebuah karangan etnografi adalah suatu deskripsi mengenai kubudayaan suatu suku bangsa. Namun karena di dunia ini ada suku-suku bangsa yang kecil yang terdiri dari hanya beberapa ratus penduduk tetapi juga ada suku-suku bangsa yang besar yang terdiri dari berjuta-juta penduduk, maka seorang ahli antropologi yang mengarang sebuah etnografi sudah tentu tidak dapat mencakup keseluruhan dari suku bangsa yang besar itu dalam deskripsinya[11].

C.                Hasil Pengamatan Budaya Hari Raya Ketupat dengan Pendekatan Etnografi

Tradisi “Kupatan” adalah salah sebuah kebudayaan, dimana apabila dilihat dari pengertian kebudayaan yaitu seluruh sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan manusia dengan belajar. Bila dilihat tadisi Kuptan adalah salah satu tindakan manusia yang dilakukan secara terus menerus dengan proses belajar, yaitu turun menurun dari generasi ke generasi dan kegiatan tersebut bermakna dalam kehidupan masyarakat.
Tradisi Kupatan apabila dilihat dari konsep kebudayaan mewakili empat konsep kebudayaan yaitu pandangan sebagai sistem adaptif dari keyakinan dan perilaku yang dipelajari dari sistem fungsi primernya adalah menyesuaikan masyarakat manusia dengan lingkungannya yakni dengan kumpul bersama dalam acara Kupatan itu diyakini dan selalu dipelajarai dan diturunkan dari generasi kegenerassi melihat daerah sekitar di desa Beji yang masih kental dengan kegiatan seperti doa bersama, tahlilan, istighosah, dan lain sebagainya.
Tradisi Kupatan juga disebut sebagai kebudayaan kognitif yang tersusun dari apapun yang diketahui dalam dalam berfikir menurut cara tertentu, yang dapat diterima oleh warga kebudayaan (natives) yang diteliti yakni mengenai alasan diadakannya Tradisi Kupatan sebagai ucapan rasa syukur kepada Allah yang telah memberikan nikmat kepada kita selama satu bulan sekaligus merasakan hari kemenangan yang kemudian dilanjutkan puasa Syawal selama 6 hari. Tradisi Kupatan juga dissebut kebudayaan sebagai sistem struktur dari simbol-simbol yang dimiliki bersama yang memiliki analogi dengan struktur pemikiran manusia yakni struktur Kupatan yakni mulai dari memasak kupat di rumah warga masing-masing kemudian mengantarkannya ke mushalla terdekat hingga acara doa bersama sampai pembagian kupatan kepada warga yang menghadiri acara tersebut. Tradisi Kupatan juga disebut kebudayaan sebagai sistem simbol yang terdiri simbol-simbol dan makna-makna yang dimiliki bersama, yang dapat diidentifikasikan dan bersifat publik yakni pengumpulan kupat yang kemudian dibagikan secara bersamaan yang disebut sebagai Kupatan.
Apabila dilihat dari wujud kebudayaan, Tradisi Kupatan juga mencakup wujud kebudayaan yaitu meliputi wujud kebudayaan sebagai suatu yang kompleks dari ide, gagasan, nilai, norma, peraturan, dan sebagainya. wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan manusia dalam masyarakat yakni Tradisi Kupatan yang berasal dari gagasan manusia yakni Sunan Kalijogo dan rincian kegiatannya juga berpola secara runtut serta mempunyai makna tersendiri.
Tradi Kupatan juga terdapat unsur-unsur kebudayaan meliputi Sistem Pengetahuan, Organisasi Sosial, Sistem Religi, serta Kesenian, yakni tradisi yang muncul dari sistem pengetahuan manusia yaitu mengucapkan rasa syukur atas nikmatNya dengan membagikan sebagian hartanya. Organisasi Sosial karena dilakukan secara bersama-sama di mushalla-mushalla terdekat di desa Beji, dan sistem religi seperti melakukan doa bersama yang dipimpin oleh Kyai, serta kesenian yang terdapat pada ketupat yang disajikan untuk dibagikan.
Dari suatu kebudayaan dapat tampak suatu watak khas (ethos), seperti yang tampak misalnya gaya tingkah laku, kegemaran atau tingkah laku, kegemaran, atau benda-benda budaya asli karya para warga masyarakat, seperti apabila disamakan dengan tradisi Kupatan juga terdapat watak gaya tingkah laku, kegemaran tersendiri-sendiri seperti tingkah laku dan kegemaran memakan makanan bersama di acara tahlilan, doa bersama yang dilakukan di rumah-rumah warga atau mushalla dengan ethos Kupatan.  
  







                                                                    BAB IV
KESIMPULAN

            Tradisi Kupatan adalah suatu tradisi yang telah ada sejak zaman para wali yang menyebarkan islam di pulau Jawa, yakni sejak Sunan Kalijaga beliau menyebarkan ajaran Islam di pulau jawa dengan berbagai cara yang salah satunya dengan mengadakan tradisi Kupatan, yang dilakukan satu minggu setelah hari raya Idul Fitri tepatnya setelah puasa Syawal. Pelaksanaan Kupatan biasanya ada di mushalla-mushalla terdekat, dengan rangkaian acara mulai dari pembuatan kupat di masing-masing rumah warga, kemudian membawanya di mushalla setelah itu doa bersama yang dipimpin seorang pemuka agama disana, dan sampai pembagian kupat.
Makna dari kupat sendiri menurut budayawan adalah mengaku salah (lepat), yakni terdapat pada simpul ketupat yang begitu rumit yang tergambar sebagai kesalahan-kesalahan manusia yang juga begitu rumit. Sedangkan jika kita membelah ketupat maka akan berwarna putih yang mencerminkan sucinya hati setelah kita saling memaafkan antara satu dengan lain di momen Idul Fitri tersebut. Tradisi Kupatan dapat dikaji secara etnografi karena unsur-unsur budaya yang ada pada kebudayaan tersebut, selain itu terdapat wujud kebudayaan yang juga menjadi substansi dari kebudayaan tersebut menjadikan budaya tersebut hidup dan masih tetap dilestarikan hingga saat ini. Sehingga budaya tersebut dapat tampak menjadikan watak khas yang dimiliki oleh warga desa Beji yang diterapkan di kehidupan sehari-hari.









DAFTAR PUSTAKA

Koentjaraningrat. 1990. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Kaptan, David dan Albert A. Manners. 1999. Teori Budaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
M. Soehadha. 2008. Orang Jawa Memaknai Agama. Yogyakarta: Kreasi Wacana.
Faizatul, M. 2012. Observasi Tradi “Mnganan” di Makam Mbah Mulyo Kusumo di desa Jetak-Montong-Tuban, Universitas Islam Negeri Malang, Malang, Jawa Timur.



[1] David Kapten dan Albert A.Manners. 1999. Teori Budaya. Yogyakarta. Pustaka Pelajar. hal 29.
[2] M. Soehadha. 2008. Orang Jawa Memaknai Agama. Yogyakarta. Kreasi Wacana. hal 17.
[3] Faizatul, M. 2012. Observasi Tradi “Mnganan” di Makam Mbah Mulyo Kusumo di desa Jetak-Montong-Tuban, Universitas Islam Negeri Malang, Malang, Jawa Timur.
[9] http://wikipedia.com diunduh pada tgl: 16-11-2012
[10] David Kaplan dan Albert A. Manners. 1999. Teori Budaya. Yogyakarta. Pustaka Pelajar. hal 31.
[11] Koentjaraningrat. 1990. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta. Rineka Cipta. hal: 329.

Tidak ada komentar: