KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadiran Ilahi
Robbi yang telah memberikan saya kesehatan dan kenikmatan akal serta
rahamatNya. Sehingga saya dapat menyelesaikan tugas akhir mata kuliyah Madkhol
Ila Ilmi Tsaqofah ini dengan judul Tradisi Hari Raya Ketupat di Desa Beji
Kabupaten Tuban. Yang dalam penyelesaian tugas ini dosen pengampu selaku Bapak
H. Gufron Hambali, M.Hi selalu membimbing kami.
Pada kesempatan kali ini
saya juga tak Lupa mengucapaka terima kasih kepada bapak H. Gufron Hambali,
M.Hi selaku dosen dari mata kuliyah ini yang telah memberikan tugas ini kepada
saya, karena dengan adanya tugas ini saya selebih dapata memahami makna dari
budaya yang ada di sekitar saya. Kemudian saya ingin lebih bisa melestarikan
budaya yang telah ada di sekitar kita, yang mana di zaman sekarang ini telah
banyak budaya barat yang mendominasi di indonesia ini untuk itu dengan adanya
makalah ini saya berharap ingin menumbuhkan rasa sayang terhadap budaya kita.
Penulis menyadari bahwa
dalam penulisan makalah ini sangat jauh dario kesempurnaan karena tak ada manusia
yang tak luput dari salah dan lupa. Oeh
karena itu saran dan kritik saya butuhkan untuk membangun supaya lebih lebih
berkembang dari apa yang saya miliki.Semoga makalh ini lebih bisa bermanfaat
dari semestinya.
|
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................... i....
DAFTAR ISI...................................................................................................... ii
BAB I
PENDAHULUAN................................................................................ 1
A. Latar Belakang........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah................................................................................... 2
C. Tujuan Pengamatan................................................................................. 2
BAB II
KAJIAN TEORI.................................................................................. 3
A. Kebudayaan............................................................................................ 3
B. Konsep Kebudayaan............................................................................... 5
C. Tiga Wujud Kebudayaan........................................................................ 5
D. Sistem Nilai Budaya, Pandangan Hidup, dan Ideologi.......................... 6
E. Unsur-Unsur Kebudayaan....................................................................... 7
F. Etos Kebudayaan.................................................................................... 8
BAB III
PEMBAHASAN................................................................................ 9
A. Deskripsi Budaya Hari Raya Ketupat..................................................... 9
B. Pengertian Etnografi............................................................................. 11
C. Hasil Pengamatan.................................................................................. 13
BAB IV
PENUTUP........................................................................................ 16
A. Kesimpulan............................................................................................ 16
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 17
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Jawa adalah salah satu daerah yang masih
memegang kental kebudayaan-kebudayaan nenek luhur mereka. Meskipun saat ini banyak diantara mereka yang
telah melupakannya karena banyaknya transformasi beberapa budaya, tapi di salah
satu daerah Tuban khususnya desa Beji
masih tetap melestarikan budaya Hari Raya Ketupat satu minggu setelah
Hari Raya Idul Fitri. Dalam makalah saya akan membahas tentang pelaksanaan Hari
Raya Ketupat tersebut. Disini alasan saya mengambil tema tersebut karena dalam
hal ini saya mengkaji ritual tersebut dengan pendekatan etnografi. Meurut
sejumlah besar antropolog, sampai Malinowski, menyatakan bahwa hendaknya tujuan
yang dijangkau oleh etnografi adalah penyingkapan hal-hal yanng harus diketahui
seseorang agar mampu mengenal dan menjelajahi seluk-beluk suatu budaya tertentu[1].
Dengan mengikuti pengertian yang diberikan
oleh Turner (1966: 19), ritual diartikan sebagai perilaku tertentu yang
bersifat formal, dilakukan dalam waktu tertentu secara berkala, bukan sekedar
sebagai rutinitas yang bersifat teknis, melainkan mengacu pada tindakan yang
didasari oleh keyakinan religius terhadap kekuasaan atau kekuatan-kekuatan
mistis[2]. Meskipun
begitu nilai-nilai yang terkandung dalam acara tersebut bernilai keislaman
karena dalam penggunaan mantra-mantra, mereka menggunakan bacaan shalawat dan
ayat-ayat al Qur’an.
B.
Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah Budaya Hari Raya Ketupat?
2. Apa itu Etnografi?
3. Bagaimana Hasil pengamatan budaya tersebut dengan pendekatan Etnografi?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pendiskripsian dari Budaya Hari Raya Ketupat di Desa Beji
Kabupaten Tuban
2. Untuk mengetahuI pengertian dari Etnografi
3. Untuk mengetahui
BAB II
KAJIAN TEORI
A.
Kebudayaan
Kebudayaan
adalah sebuah konsep yang definisinya sangat beragam. Pada abad ke-19, istilah
kebudayaan umumnya di gunakan untuk seni rupa, sastra, filsafat, ilmu alam, dan
musik, yang menunjukkan semakin besarnya kesadaran bahwa seni dan ilmu
pengetahuan di bentuk oleh linkungan sosialnya. peningkatan kesadaran inilah
yang membuat maraknya sejarah sosial kebudayaan. (Peter Burke :2003)
Pertama,
makna istilah “kebudayaan” telah semakin meluas karena semakin luasnya perhatian para sejarahwan,
sosiologiwan, dan lain-lain. Perhatian semakin banyak di curahkan kepada
kebudayaan populer, yakni sikap-sikap dan nilai-nilai masyarakat awam serta
pengungkapan ke dalam kesenian rakyat, lagu rakyat, cerita rakyat, festival
rakyat, dan lain-lain. (Peter Burke :2003)
Manusia
mempunyai keunggulan, yaitu kebudayaan, yang memungkinnya hidup di segala macam
lingkungan alam sehingga ia menjadi makhluk yang paling berkuasa di manapun ia
berada. Walaupun demikian, segalam kemampuan manusia itu tidak merupakan bawaan
dari alam (naluri), tetapi harus dikuasai dengan belajar. (Peter Burke :2003)
Raph
lintop menjelaskan bagaimana definisi kebudayaan dan kehidupan sehari-hari
berbeda dari definisi seorang ahli antropologi, yaitu antroplogi adalah seluruh
cara kehidupan dari masyarakat yang mana pun dan tidak hanya mengenai sebagian
cara hidup itu yaitu bagian yang oleh masyarakat dianggap lebih tinggi atau
lebih diinginkan. Jadi, kebudayaan menunjuk kepada berbagai aspek kehidupan. Kata
itu meliputi cara-cara berlaku, kepercayaan-kepercayaan dan sikap-sikap, dan
juga hasil dari kegiatan manusia yang khas untuk suatu masyarakat atau kelompok
penduduk tertentu. (T.O.Ihromi :1996)
Dalam
antropologi, yang meneliti dan menganalisa berbagai cara hidup manusia dan
berbagai sistem tindakan manusia, aspek belajar merupakan aspek pokok. Karena
itu dalam memberi batasan kepada konsep “kebudayaan”, antropologi sering sekali
sangat berbeda dengan ilmu lain. Arti “kebudayaan” dalam bahasa sehari-hari pun
umumnya terbatas apda segala sesuatu yang indah misalnya candi, tarian, seni
rupa, seni suara, kasastraan, dan filsafat. Menurut antropologi, “kebudayaan
adalah seluruh sistem gagasan dan rasa, tindakan, serta karya yangdi hasilkan
manusia dalam kehidupan bermasyarakat, dan dijadikan miliknya dengan belajar”.
(Koentjaraningrat :2009)
Dengan
demikian hampir semua tindakan manusia adalah “kebudayaan” kerena hanya sedikit
tindakan manusia dalam kehidupan masyarakat yang tidak perlu di biasakan dengan
belajar, yaitu hanya beberapa tindakan naluri, beberapa refleks, beberapa
tindakan akibat proses fisiologi, atau kelakuan membabi buta. Bahkan berbagai
tindakan manusia yang merupakan naluri yang terbawa dalam gen bersama
kelahirannya( seperti makan, minum, atau berjalan dengan kedua kakinya), juga
di rombak olehnya menjadi tindakan kebudayaan. (T.O.Ihromi :1996)
Definisi
yang menganggap bahwa “kebudayaan” dan “tindakan kebudayaan” itu adalah segala
tindakan yang harus dibiasakan oleh manusia dengan belajar (learned behavior).
Kebudayaan adalah hasil dari cipta, karsa, dan rasa. Eko A Meinarno, Bambang
Widianto, dan Rizka Halida, 2011)
Jika
di lihat kebudayaan sama dengan peradaban, namjun hal itu jelas-jelas berbeda. Peradaban adalah
bagian-bagian dan unsur-unsur dari kebudayaan yang halus, maju, dan indah,
seperti kesenian, ilmu pengetahuan, sopan santun, dan lain-lain. (Eko A
Meinarno, Bambang Widianto, dan Rizka Halida, 2011)
B.
Konsep
Kebudayaan
Keesing
mengidentifikasi empat pendekatan terakhir terhadap masalah kebudayaan.
Pendekatan
pertama yang memandang kebudayaan sebagai sistem adaptif dari keyakinan dan
perilaku yang di pelajari yang fungsi primernya adalah menyesuaikan masyarakat
manusia dengan lingkungannya.
Kedua,
adalah yang memandang kebudayaan sebagai sistem kognitif yang tersusun dari
apapun yang di ketahui dalam berpikir menurut cara tertentu, yang dapat
diterima bagi warga kebudayaan (natives) yang diteliti.
Ketiga,
adalah yang memandang kebudayaan sebagai sistem struktur dari simbol-simbol yang
dimilki bersama yang memilki analogi dengan struktur pemikiran manusia.
Dan
keempat, yang memandang kebudayaan sebagai sistem simbol yang terdiri dari
simbol-simbol dan makna-makna yang di miliki bersama, yang dapat
diidentifikasi, dan bersifat publik.
(Eko
A. Meinarno, Bambang Widianto, dan Rizka Halida, 2011)
C.
Tiga
wujud kebudayaan
Terdapat
tiga gejala kebudayaan, yaitu ideas, activities, dan artifacts, dan kebudayaan
ada tiga wujudnya, yaitu:
1) Wujud
kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide, gagasan, nilai, norma, peraturan
dan sebagainya.
2) Wujud
kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari manusia
dalam masyarakat,
3) Wujud
kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia
Wujud
pertama adalah wujud ideal dari kebudayaan. Sifatnya abstrak, tidak dapat
diraba atau difoto. Lokasinya ada di dalam kepala atau dengan perkataan lain,
dalam alam pikiran warga masyarakat tempat kebudayaan bersangkutan itu hidup.
Gagasan atau ide yang dimiliki manusia itu selalu berkaitan menjadi suatu sistem
yaitu cultural system.
Wujud
kedua dari kebudayaan di sebut sistem sosial atau social system, mengenai
tindakan berpola dari manusia itu sendiri.
Wujud
ketiga dari kebudayaan disebut kebudayaan fisik. Berupa seluruh hasil fisik dan
aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat.
(Koentjaraningrat
:2009)
D.
Sistem
Nilai Budaya, Pandangan
Hidup, dan Ideologi
Sistem
nilai budaya merupakan tingkat paling tinggi dan paling abstrak dari adat-istiadat. Hail itu disebabkan
karena nillai budaya merupakan konsep-konsep mengenai ssesuatu yanag ada dalam
alam pikiran sebagian besar dari masyarakat yang mereka anggap bermilai,
berharga, dan penting dalam hidup sehingga dapat berfungsi sebagai suatu
pedoman yang memberi arah dan orientasi pada kehidupan para warga masyarakat.
(Koentjaraningrat :2009)
Terdapat
masalah dasar dalam kehidupan manusia yang menjadi landasan bagi kerangka
variasi sistem nilai budaya, (Koentjaraningrat :2009) yaitu:
1) Masalah
hakikat dari hidup manusia (selanjutnya disingkat MH), yaitu ada kebudayaan
yang memandang hidup manusia pada hakikatnya suatu hal yang buruk dan
menyedihkan dan kerena itu harus dihindari.
2) Masalah
hakikat dari karya manusia (selanjutnya disingkat MK), yaitu ada kebudayaan
yang memandang bahwa karya manusia pada hakikatnya bertujuan untuk memungkinkan
hidup;kebudayaaan lain menganggap hakikat dari karya manusia itu untuk
memberikan suatu kedudukan penuh kehormatan dalam masyarakat.
3) Masalah
hakikat dari kedudukan manusia dalam ruang waktu (selanjtnya disingkat MW),
yaitu ada kebudayaan yang memandang penting masa lampau dalam kehidupan
manusia.
4) Masalah
hakikat dari hubungan manusia dengan alam sekitarnya (selanjutnya disingkat
MA), yaitu ada kebudayaan yang memandang alam sebagai suatu hal yang begitu
dahsyat sehingga manusia pada hakekatnya hanya dapat bersifat menyerah saja
tanpa berusaha banyak, dan ada juga yang berpikirab sebaliknya.
5) Maslah
hakikat dari hubungan manusia dengan sesamanya (selanjutnya disingkat MM),
yaitu ada kebudayan yang sangat mementingkan hubungan vertikal antara manusia
dengan sesamanya.
E.
Unsur-unsur
kebudayaan
Terdapat
tujuh unsur yang bisa di sebut sebagai pokok dari tiap kebudayaan di dunia,
yaitu:
1) Bahasa
2) Sistem
pengetahuan
3) Organisasi
sosial
4) Sistem
peralatan hidup dan teknologi
5) Sistem
mata pencaharian hidup
6) Sistem
religi
7) Kesenian
Tiap-tiap
unsur kebudayaan universal sudah tentu juga menjelma dalam ketiga wujud
kebudayaan terurai di atas, yaitu wujudnya berupa sistem budaya, berupa sistem
sosial, dan berupa unsur-unsur kebudayaan fisik. (Koentjaraningrat :2009)
F.
Etos
kebudayaan
Dari
suatu kebudayaan dapat tampak suatu watak khas (ethos), seperti yang tampak
misalnya pada gaya tingkah laku, kegemaran, atau benda-benda budaya asli karya
para warga masyarakatnya. Dengan demikian orang batak yang mengamati kebudayaan
jawa yang baginya asing, mungkin akan mengatakan bahwa watak bahwa watak khas
kebudayaan jawa memancarkan keselarasan, kesuraman, ketenangan yang berlebihan
sehingga dapat disebut lamban, kebiasaan serta tingkah laku yang mendetail dan
gemar akan karya serta gagasan yang berbelit-belit. (Koentjaraningrat :2009)
Mengenai
watak khas para warga suku-suku banga terurai diatas berikut uraian tentang
metode analisa kebudayaan secra holistik, maupun cara-cara untuk mendapatkan
pengertian tentang suku kebudayan secara terintegrasi. (Koentjaraningrat :2009)[3]
BAB III
PEMBAHASAN
A.
Deskripsi Budaya Hari Raya Ketupat
Hari raya ketupat atau biasanya sering disebut sebagai “kupatan”
adalah agenda tahuna di masyarakat desa Beji dan sekitarnya. Tidaknya hanya di
desa tersebut masyarakat luar dari desa tersebut juga telah menjadikan kupatan
sebagai agenda tahunan yang dilakukan satu minggu setelah hari raya Idul Fitri.
Karena untuk memperingati setelah 6 hari puasa Syawal.
Sebagaimana hari raya ketupat merupakan rutinitas umat Islam yang
dilakukan seminggu setelah hari raya Idul Fitri. Pada hari raya ketupat
mayoritas umat muslim memasak ketupat lalu dibawa ke Masjid atau Mushalla untuk
menggelar doa bersama. Setelah itu ketupat dibagikan kepada tetangga atua
dimakan sekeluarga.
Untuk diketahui juga ketupat sudah menjadi bagian dari tradisi
merayakan Idul Fitri di seluruh Nusantara. Bahkan Malaysia dan Bruneidarussalam
juga telah menjadikan hari raya ketupat sebagai tradisi. Selain itu ketupat
juga telah menjadi makanan ssehari-hari seperti Balikpapan yang sehari-hari
penduduknya sering mendenganr penjaja ketupat sayur yang dimakan dengan soto
Makasaar maupun ketupat Kandangan.
Menurut Budayawan Djawahir Muhammad seperti dikutip oleh Surya
Merdeka, ketupat itu sebenarnya melambangkan bahwa seseorang yang membawa
ketupat itu ngaku ia manusia yang lepat (salah). Kesalahan
manusia yang bermacam-macamitu tercermin pada nyaman ketuppat yang berselang
seling dan rumit.
Kalau ketupat kita belah tampak warnanya putih. Itulah cerminan
hati yang putih, bersih, dan suci setelah kita memohon ampun dari segala
kesalahan. Bentuuknya yang indah itu melambangkan kesempurnaan umat muslim
menuntaskan ibadah puasanya setelah sebulan.
Maka ketika kita mengantarkan hidangan ketupat lauk pelengkapnya
kepada sanak saudara dan kerabat secara simbolis kita menyatakan permohonan
maaf serta menjalin tali silaturrahim, inilah makna lain yang terkandung dalam
keindahan ketupat.
Meskipun belum ditemukan literature yang menyebutkan secara jelas
siapa dan kapan yang menemukan ketupat, Sunan Kalijogo dipercaya sebagai tokoh
yang pertama kali memperkenalkan makanan nasi yang terbungkus daun muda pohon
kelapa itu kepada masyarakat Jawa. Selain itu beliau juga yang konon
memperkenalkan perayaan Bakda Kupat[4].
Selain itu ketupat juga bermakna sebagai sudah cukup melakukan
empat perkara, diantara empat perkara tersebut adalah : 1) Sudah berpuasa
Romadhon, 2) Sudah berzakat, 3) Sudah sholat Ied, 4) Sudah berpuasa Syawal 6
hari[5].
Selain itu sumber lain juga mengatakan bahwa
dalam sejarah Sunan Kalijaga adalah orang yang pertama memperkenalkan
masyarakat Jawa. Beliau memperkenalkan dua kali Bakda, yaitu Bakda Lebaran dan
Bakda Kupat, yaitu seminggu setelah lebaran. Pada hari yang disebut Bakda Kupat
tersebut di tanah Jawa hampir setiap rumah terlihat menganyam ketupat dari daun
muda. Setelah selesai dimasak ketupat tersebut diantarkan ke kerabat yang lebih
tua, yang akan menjadi sebuah lambang kebersamaan.
Ketupat sendiri menurut para ahli mempunyai
beberapa arti, diantaranya mencerminkan beberapa kesalahan manusia, dilihat
dari rumitnya anyaman bungkus ketupat. Yang kedua mencerminkan kebersihan dan
kesucian hati setelah mohon ampun dari segala kesalahan, dilihat dari warna
putih ketupat ketika dibelah menjadu dua. Yang ketiga mencerminkan
kesempurnaan, jika dilihat dari bentuk ketupat. Semua itu dihubungkan dengan
kemenangan umat Muslim setealh sebulan lamanya berpuasa dan akhirnya menginjak
hari yang fitri[6].
Jadi kesimpulannya hampir semua masyarakat
Muslim di seluruh Indonesia khususnya tanah Jawa mempunyai tradisi hari raya
ketupat yang dilaksanakan seminggu setelah hari raya Idul Fitri ataupun pada
saat hari Raya Idul fitri. Karena tradisi tersebut telah ada sejak penyebaran
islam pertama di tanah Jawa ini yakni pada masa Sunan Kalijaga. Meski dalam
pelaksanaannya penyebutan ketupat berbeda di antara berbagi daerah di
Indonesia.
B.
Pengertian Etnografi
Etnografi berasl dari kata Ethos yaitu bangsa atau suku, sedangkan Graphein
yaitu tulisan atau uraian. Etnografi adalah suatu kajian tentang kehidupan atau
kebudayaan suatu masyarakat atau etnik misalnya adat istiadat, kebiasaan,
hukum, seni, religi, bahasa. Bidang kajian yang mungkin berdekatan dengan etnografi
adalah atnologi, yaitu kajian perbandingan tentang kebudayaan dari berbagai
masyarakat atau kelompok. (Richards, dkk; 1985).
Istilah Etnografi sebenarnya merupakan istilah antropologi, etnografi
merupakan embrio dari antropolgi. Lahir pada tahap pertama dari perkembangannya
sebelum abad 1800-an. Etnografi juga merupakan hasil catatan penjelajah eropa
tatkala mencari rempah-rempah di Indonesia (Koentjaraningrat, 1989: 1). Mereka
mecatat hal-hal yang menarik yang dijumpai selama perjalanan, antara lain: adat
istiadat, susunan masyarakat, bahsa dan ciri-ciri fisik dari suku bangsa-bangsa
tersebut[7].
Michel H.Agar (1986: 12-24) memberikan tawaran baru tentang penelitian
etnografi dengan dilandasi oleh
pemikiran fenomenologi mengutip pendapat Giddens adalah inti dari proses
mediasi kerangka pemikiran “hakikat dari suatu mediasi tertentu akan bergantung
dari hakikat tradisi dimana terjadi kontak penelitian lapangan”.
Charles Winnick (1915: 193) mendefinisikan etnografi sebagai study of
individual cultures it is primaly a descriptive and non interpretative study.
Adam E.Hoebel (1966: 8) Etnogafi adalah yo erite about people as we use the
term if refers to descriptive of study human society, menulis tentang
masyarakat. Penulisannya mengaca pada penulisan
deskriptif. Roger M.Keesing(1989: 250) mendefinisikan etnografi sebagai
pembuatan dokumentasi dan analisis budaya tertentu dengan mengadakan penelitian
lapangan. Artinya dalam mendefinisikan suatu kebudayaan seorang etnografer
(peneliti etnografi) juga menganalisis[8].
Etnografi adalah salah satu strategi penelitian ilmiah yang sering
digunakan dalam ilmu sosial, terutama dalam antropologi dan beberapa cabang
sosiologi juga dikenal sebagai salah satua cabang ilmu sejarah yang mempelajari
masyarakat, kelompok etnis dan formasi etnis lainnya, etnogenesis, komposisi,
perpindahan tempata tinggal, karakteristik kesejarahteraan sosial juga budaya material
dan spiritual mereka. Etnografi
sering digunakan untuk mengumpulkan data empiris dan tentang masyarakat dan
budaya manusia. Pengumpulan data biasanya dilakukan dengan wawancara pengamatan,
partisipasi, wawancara, kuesioner, dll. Ilmu ini bertujuan untuk menjelaskan
keadaan masyarakat yang dipelajari melalui tulisan[9].
Sering
dikatakan Malinowski adalah pendekar wawasan bahwa misi utama etnografi adalah
“memahami pandangan hidup warga pribumi dalam rangka realisasi impian para
warga pribumi tentang dunia”[10].
Jenis karangan
yang terpenting yang mengandung bahan pokok dari pengolahan dan analisis
antropologi adalah karangan etnografi. Dari sebuah karangan etnografi adalah
suatu deskripsi mengenai kubudayaan suatu suku bangsa. Namun karena di dunia
ini ada suku-suku bangsa yang kecil yang terdiri dari hanya beberapa ratus
penduduk tetapi juga ada suku-suku bangsa yang besar yang terdiri dari
berjuta-juta penduduk, maka seorang ahli antropologi yang mengarang sebuah
etnografi sudah tentu tidak dapat mencakup keseluruhan dari suku bangsa yang
besar itu dalam deskripsinya[11].
C.
Hasil Pengamatan Budaya Hari Raya Ketupat
dengan Pendekatan Etnografi
Tradisi “Kupatan” adalah salah sebuah kebudayaan, dimana apabila dilihat dari pengertian kebudayaan yaitu seluruh sistem
gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat
yang dijadikan manusia dengan belajar. Bila dilihat tadisi Kuptan adalah salah
satu tindakan manusia yang dilakukan secara terus menerus dengan proses
belajar, yaitu turun menurun dari generasi ke generasi dan kegiatan tersebut bermakna
dalam kehidupan masyarakat.
Tradisi Kupatan
apabila dilihat dari konsep kebudayaan mewakili empat konsep kebudayaan yaitu
pandangan sebagai sistem adaptif dari keyakinan dan perilaku yang dipelajari
dari sistem fungsi primernya adalah menyesuaikan masyarakat manusia dengan
lingkungannya yakni dengan kumpul bersama dalam acara Kupatan itu diyakini dan
selalu dipelajarai dan diturunkan dari generasi kegenerassi melihat daerah
sekitar di desa Beji yang masih kental dengan kegiatan seperti doa bersama,
tahlilan, istighosah, dan lain sebagainya.
Tradisi Kupatan
juga disebut sebagai kebudayaan kognitif yang tersusun dari apapun yang
diketahui dalam dalam berfikir menurut cara tertentu, yang dapat diterima oleh
warga kebudayaan (natives) yang diteliti yakni mengenai alasan diadakannya
Tradisi Kupatan sebagai ucapan rasa syukur kepada Allah yang telah memberikan
nikmat kepada kita selama satu bulan sekaligus merasakan hari kemenangan yang
kemudian dilanjutkan puasa Syawal selama 6 hari. Tradisi Kupatan juga dissebut
kebudayaan sebagai sistem struktur dari simbol-simbol yang dimiliki bersama
yang memiliki analogi dengan struktur pemikiran manusia yakni struktur Kupatan
yakni mulai dari memasak kupat di rumah warga masing-masing kemudian
mengantarkannya ke mushalla terdekat hingga acara doa bersama sampai pembagian
kupatan kepada warga yang menghadiri acara tersebut. Tradisi Kupatan juga
disebut kebudayaan sebagai sistem simbol yang terdiri simbol-simbol dan
makna-makna yang dimiliki bersama, yang dapat diidentifikasikan dan bersifat
publik yakni pengumpulan kupat yang kemudian dibagikan secara bersamaan yang
disebut sebagai Kupatan.
Apabila dilihat
dari wujud kebudayaan, Tradisi Kupatan
juga mencakup wujud kebudayaan yaitu meliputi wujud kebudayaan sebagai suatu
yang kompleks dari ide, gagasan, nilai, norma, peraturan, dan sebagainya. wujud
kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan manusia dalam
masyarakat yakni Tradisi Kupatan yang berasal dari gagasan manusia yakni Sunan
Kalijogo dan rincian kegiatannya juga berpola secara runtut serta mempunyai
makna tersendiri.
Tradi Kupatan juga
terdapat unsur-unsur kebudayaan meliputi Sistem Pengetahuan, Organisasi Sosial,
Sistem Religi, serta Kesenian, yakni tradisi yang muncul dari sistem
pengetahuan manusia yaitu mengucapkan rasa syukur atas nikmatNya dengan
membagikan sebagian hartanya. Organisasi Sosial karena dilakukan secara
bersama-sama di mushalla-mushalla terdekat di desa Beji, dan sistem religi
seperti melakukan doa bersama yang dipimpin oleh Kyai, serta kesenian yang
terdapat pada ketupat yang disajikan untuk dibagikan.
Dari suatu
kebudayaan dapat tampak suatu watak khas (ethos), seperti yang tampak misalnya
gaya tingkah laku, kegemaran atau tingkah laku, kegemaran, atau benda-benda
budaya asli karya para warga masyarakat, seperti apabila disamakan dengan
tradisi Kupatan juga terdapat watak gaya tingkah laku, kegemaran
tersendiri-sendiri seperti tingkah laku dan kegemaran memakan makanan bersama
di acara tahlilan, doa bersama yang dilakukan di rumah-rumah warga atau
mushalla dengan ethos Kupatan.
KESIMPULAN
Tradisi
Kupatan adalah suatu tradisi yang telah ada sejak zaman para wali yang
menyebarkan islam di pulau Jawa, yakni sejak Sunan Kalijaga beliau menyebarkan
ajaran Islam di pulau jawa dengan berbagai cara yang salah satunya dengan mengadakan
tradisi Kupatan, yang dilakukan satu minggu setelah hari raya Idul Fitri
tepatnya setelah puasa Syawal. Pelaksanaan Kupatan biasanya ada di
mushalla-mushalla terdekat, dengan rangkaian acara mulai dari pembuatan kupat
di masing-masing rumah warga, kemudian membawanya di mushalla setelah itu doa
bersama yang dipimpin seorang pemuka agama disana, dan sampai pembagian kupat.
Makna dari kupat sendiri menurut budayawan adalah mengaku
salah (lepat), yakni terdapat pada simpul ketupat yang begitu rumit yang
tergambar sebagai kesalahan-kesalahan manusia yang juga begitu rumit. Sedangkan
jika kita membelah ketupat maka akan berwarna putih yang mencerminkan sucinya
hati setelah kita saling memaafkan antara satu dengan lain di momen Idul Fitri
tersebut. Tradisi Kupatan dapat dikaji secara etnografi karena unsur-unsur
budaya yang ada pada kebudayaan tersebut, selain itu terdapat wujud kebudayaan
yang juga menjadi substansi dari kebudayaan tersebut menjadikan budaya tersebut
hidup dan masih tetap dilestarikan hingga saat ini. Sehingga budaya tersebut
dapat tampak menjadikan watak khas yang dimiliki oleh warga desa Beji yang
diterapkan di kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
Koentjaraningrat. 1990. Pengantar Ilmu Antropologi.
Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Kaptan, David dan Albert A. Manners. 1999. Teori
Budaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
M. Soehadha.
2008. Orang Jawa Memaknai Agama. Yogyakarta:
Kreasi Wacana.
Faizatul, M.
2012. Observasi Tradi “Mnganan” di Makam Mbah Mulyo Kusumo di desa
Jetak-Montong-Tuban, Universitas Islam Negeri Malang, Malang, Jawa Timur.
[1] David Kapten dan Albert
A.Manners. 1999. Teori Budaya. Yogyakarta. Pustaka Pelajar. hal 29.
[2] M. Soehadha. 2008. Orang
Jawa Memaknai Agama. Yogyakarta. Kreasi Wacana. hal 17.
[3] Faizatul, M. 2012. Observasi Tradi “Mnganan” di
Makam Mbah Mulyo Kusumo di desa Jetak-Montong-Tuban, Universitas Islam
Negeri Malang, Malang, Jawa Timur.
[4] http://balikpapanpos.co.id/index.php?mib=berita.detail&id=79295.
di unduh tgl: 11-11-2012.
[5] http://edukasi.kompasiana.com/2012/08/25/ketupat-atau-kupatan-makna-di-balik-bentuk-pasnya-487837.html.
oleh Ulil Absor. di unduh tgl: 11-11-2012.
[6] http://tanbihun.com/sejarah/sejarahasal-usul-ketuapat/#.UK9Pr-T0DQ8. dunduh pada tgl: 12-11-2012
[8] http://adeadeankali.blogspot.com/2010/01/pengertian-etnografi.html. diunduh pada tgl:
12-11-2012.
[9] http://wikipedia.com diunduh pada tgl:
16-11-2012
[10] David Kaplan dan Albert
A. Manners. 1999. Teori Budaya. Yogyakarta. Pustaka Pelajar. hal 31.
[11] Koentjaraningrat. 1990.
Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta. Rineka Cipta. hal: 329.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar