Senin, 30 Maret 2015

Empat Sekawan dengan Weekend



Hei blog, apa kabar denganmu?
Apa kau baik saja?
Maaf jika akhir ini aku sedikit melupakanmu. Hingga kau telah mulai usang, mulai banyak karat *haha, emang blog terbuat dari besi?*
Kini aku ingin bercerita tentang perjalananku menjejaki tempat kelahiran sang proklamator, tempat dimana presiden pertamaku dilahirkan yang kemudian berlanjut ke tempat berdirinya salah satu gunung yang masih aktif di jawa timur.
Dimulai dari sabtu pagi saat matahari mulai menyapa dunia dengan rasa malasnya. Tepatnya tanggal 14 Maret 2015 aku bersama ketiga temanku dengan ketidaksiapan yang dipaksa untuk siap berangkat dari asrama menuju depan kampus UIN Maliki Malang. Kita berempat dengan personil Arina, Asmaul, Lintang dan Riski dengan langkah tergopoh-gopoh berangkat kedepan kampus. Alasan kenapa bisa tergopoh-gopoh, karena ketidaksiapan kita yang seharusnya telah jauh-jauh hari mempersiapkan apa saja yang dibawa saat menyusuri kota Blitar dan Kediri esok hari. Bahkan tiket kereta, barang yang sangat urgent harus lupa tak terbawa hingga akhirnya aku harus rela kembali guna mengambil tiket tersebut. Masalah yang pertama 

Masalah kedua timbul dari waktu. Saat itu waktu benar-benar membunuh kita berempat. Bagaimana tidak jarum jam menunjukkan pukul tujuh kurang lima menit sedangkan jadwal keberangkatan kereta kami pukul 07.24 sedangkan dengan menggunakan angkotan umum dari kampus UIN Maliki ke stasiun terkadang bisa sampai kurang lebih dua puluh menit, karena apa mereka harus mencari penumpang, menurunkan menaikkan belum lagi harus berputar-putar karena jalur yang telah ditentukan. Betapa khawatirnya kita, hingga kita sempat berputus asa. Tapi tidak bagi Riski, ia mencoba berfikir positif sambil berdoa pada tuhan jika semua akan baik-baik saja. Dan tarrraaaa. Tepat waktu, eh tapi gak sih tapi juga tepat juga *huftt, bingung*. Dikatakan tepat waktu karena saat itu kereta belum berangkat meski sudah pukul 07.24 lebih, dan dikatakan tidak tepat karena lebih dari batas waktu. Lalu dengan tanpa pilih kami masuk kesembarang gerbong karena tiket yang kami dapatkan bukan tiket emas dengan fasilitas tempat duduk, melainkan tiket tanpa tempat duduk. Meski tiket zonk yang kami dapat, dengan pede dan tampang cuek kami segera menduduki tempat yang kosong. Hingga setelah beberapa menit kita menunggu keberangkatan akhirnya kereta mulai berjalan. Dan itu akhir masalah kedua. 

 
Selfie saat didalam kereta
 


Satu demi satu stasiun telah terlewati mulai dari stasiun kota baru, stasiun kota lama, stasiun ngerbruk, stasiun sumber pucung, stasiun kepanjen, dan masih banyak lagi yang aku sudah tak hafal karena bukan didaerah Malang lagi. Menit berlalu menit, sampai saat kurang lebih pukul setengah sebelas aku bersama ketiga kawanku sampai di kota Blitar. Sebelumnya kita belum ada yang pernah ke kota Blitar, lalu jalan satu-satunya adalah bertanya pada teman yang tahu seluk beluk kota Blitar dan memang benar-benar orang Blitar. Hingga kita mendapatkan jawaban atas kegalauan kita karena dengan apa kita sampai ke rumah bung Karno beserta makamnya? Andong yang bisa disewa untuk mengantarkan kita berkeliling kota dengan harga yang cukup terjangkau. Dengan cepat kita tawar harga dan tanpa perlu waktu lama kita mendapatkannya. Kemudian sesegera mungkin kita mengarahkan pak kusir untuk mengantarkan menuju Rumah masa kecil Bung Karno sebelum menjadi presiden. Karena yang lebih dekat dari stasiun.
 
Tiba di Stasiun Kota Blitar

Dirumah tersebut kita dipandu oleh pemandu dengan seragam batik. Kita diajak menyusuri sepanjang rumah tersebut. Dilihatkan tempat-tempat sejarah seperti kamar Soekarno, kamar ibunda beliau, kakah beliau. Lukisan-lukisan dengan wajah Soekarno, photo-photo keluarga mulai dari Ibunda, hingga anak-anak Soekarno. Beberapa tongkat, mobil pribadi, sepeda ontel serta masih banyak lagi yang menjadi isi dari rumah Soekarno yang banyak orang menyebutnya dengna julukan Istana Gebang.    
 Dalam Rumah Bung Karno

    Itu tu, gambar kita berempat di rumah Bung Karno dengan juru photonya bapak pemandunya hihihi. Oh ya sama satu lagi ada photo Bung Karno yang unik tapi gak heran sih soalnya udah tahu sebelumnya di kraton Jogja. Jadi gambar dengan pose Bung Karno yang telunjuknya nunjuk dan jika dilihat dari manapun seolah-olah tangan beliau nunjuk kearah kita. Tapi sayang gak ada gambarnya.  Oh ya, disana juga sempat digunakan sebagai tempat pengambilan gambar dalam film Soekarno yang sedikit kontrofersi. Bahkan kata pemandunya sebenarnya apa yang ada dalam film Soekarno tersebut tidak sama seperti apa yang ada pada diri Soekarno sebenarnya. Selain itu disana juga disediakan penginapan bagi wisatawan yang ingin bermalam yang berlokasi didepan rumah. Jika kita semakin menyusuri kedalam kita akan mendapatkan sumur tua yang telah ada sejak Bung Karno masih sugeng serta ada dapur dan halaman belakang yang masih sangat asri karena perawatannya masih selalu dijaga. Berjalan kedepan dari halaman belakang akan kita temukan mushola yang saat ini dimanfaatkan untuk tempat istirahat dan sholat bagi pengunjung. Serta kedepan sedikit akan kita dapatkan aula yang tak diketahui sebagai apa tempat tersebut. 
 
          Pernak-pernik rumah Bung Karno     

        Itu akhir dari perjalanan kita di Istana Gebang atau Rumah Bung Karno. Kemudian dilanjutkan di Kebun Rojo, tempat bermain anak-anak atau taman kota mungkin ya. Sebenarnya bukan agenda kami datang ketempat itu, tapi karena tempat itu berada disamping Rumah Bung Karno so mengapa tidak kita kunjungi saja toh bapak kusir juga mau menunggu kita untuk singgah ditempat itu. Disana kita temukan miniature hewan-hewan seperti badak, gajah, jerapah, dan masih banyak lahi. Ada mobil-mobilan yang biasa dipakai anak-anak bermain serta air mancur yang menjulang keatas dan tempat duduk bagi para orang tua yang sedang menunggu anaknya bermain. Ya, maklum namanya jug ataman bermain pasti banyak lah ya aneka mainan. Meski banyak anak kecil yang berlalu lalang bermain tapi kita tak pernah lupa untuk menyempatkan moment selfie bersama :)



Bersama miniatur Badak di Kebon Rojo
                Lelah berjalan-jalan di taman bermain Kebun Rojo saatnya berangkat menuju tujuan terakhir di kota Blitar, Makam Bung Karno. Tapi sepertinya alam kurang bersahabat dengan kita. Ya, saat langit mulai dipenuhi gumpalan awan hitam yang menggantung dan mulai meneteskan air langit. Meski hanya beberapa menit kita berputar digaleri, tapi mendinglah sedikit tahu tentang siapa sih sosok Bung Karno dan bagaimana kehidupan beliau mulai dari masa muda sampai diasingkan hingga akhirnya wafatlah beliau. Dalam galeri juga banyak photo-photo serta gambaran dengan keterangan yang menjaelaskan perjuangan beliau. Serta ada teks proklamasi yang ditandatangani Ir. Soekarno. Hingga lebatnya hujan dengan kencangnya angin menyapa kita setelah kita sampai di makam beliau lalu kita berdoa mengirimkan fatihah untuk beliau dan menunggu hujan reda.   
Isi Galeri Makam Bung Karno

                Pukul 17.38 saatnya melanjutkan perjalanan menuju kota Kediri. Kota yang dulu pernah aku singgahi selama satu bulan belajar bahasa. Tapi kali ini aku hanya ingin bermain di kota kecil penuh kenangan itu bukan untuk belajar. Disana aku bersama ketiga temanku bermalam di rumah kakak tingkat yang dulu satu asrama yang dia rela menjemput kita dari stasiun sampai kerumahnya. Setelah sampai dirumahnya kita membersihkan diri, makan dan berangkat menuju icon kota Kediri Simpang Lima Gumul. Melihat bagaimana rasanya melihat Gumul dimalam hari dengan redupnya cahaya dan ramainya jalanan ditemani dengan manisnya jagung bakar dan hangatnya sebungkus kacang. 
Moment di SLG saat malam hari

                Tak puas dengan Gumul dimalam hari karena tak dapatkan hasil yang sempurna untuk berphoto. Lalu kita ulangi di esok harinya *benar-benar niat banget deh* Esok yang cerah dengan udara sejuk dank abut yang masih menyelimuti jalanan kota Krdiri kita terjang demi mendapatkan gumul yang indah dipagi hari. Iya, kita memang dapatkan keindahan SLG di pagi hari dengan hijaunya rerumputan, tapi tidak untuk berphoto. Karena sedikit mendapat gangguan dengan tukang sapu yang membersihkan halaman sekitar Monumen. Haha, moment yang tak terlupakan dengan kelucuan bahkan aku bersama teman-teman berani mengusir pelayan itu karena kepentingan photo, dan ada beberapa gambar yang terbackground  oleh tukang sapu. Hingga tukang sapu tersebut memarahi kita karena merasa menganggu pekerjaannya sangat nakal sekali kita bahkan hampir kita minta bantu untuk menfotokan kita, tapi tidak karena kita tidak mau mendapatkan kemarahannya untuk yang kali kedua.
Indahnya Monumen Simpang Lima Gumul Pagi hari
And Finally, berakhirlah perjalanan weekend kita dibulan Maret ini. saatnya kembali ke Malang bertemu dengan skripsweet yang telah menunggumu menuju pintu terakhir di kampus UIN Maliki. Dan ini gambar terakhir saat kita menunggu kereta di stasiun Kediri menuju kota Malang. See you later…. 
Selfie saat menunggu kedatangan kereta


Tidak ada komentar: