Hei
blog, apa kabar denganmu?
Apa
kau baik saja?
Maaf jika akhir ini aku sedikit
melupakanmu. Hingga kau telah mulai usang, mulai banyak karat *haha, emang blog
terbuat dari besi?*
Kini aku ingin bercerita tentang
perjalananku menjejaki tempat kelahiran sang proklamator, tempat dimana
presiden pertamaku dilahirkan yang kemudian berlanjut ke tempat berdirinya
salah satu gunung yang masih aktif di jawa timur.
Dimulai dari sabtu pagi saat
matahari mulai menyapa dunia dengan rasa malasnya. Tepatnya tanggal 14 Maret
2015 aku bersama ketiga temanku dengan ketidaksiapan yang dipaksa untuk siap
berangkat dari asrama menuju depan kampus UIN Maliki Malang. Kita berempat
dengan personil Arina, Asmaul, Lintang dan Riski dengan langkah tergopoh-gopoh
berangkat kedepan kampus. Alasan kenapa bisa tergopoh-gopoh, karena
ketidaksiapan kita yang seharusnya telah jauh-jauh hari mempersiapkan apa saja
yang dibawa saat menyusuri kota Blitar dan Kediri esok hari. Bahkan tiket
kereta, barang yang sangat urgent harus lupa tak terbawa hingga akhirnya
aku harus rela kembali guna mengambil tiket tersebut. Masalah yang pertama
Masalah kedua timbul dari waktu. Saat
itu waktu benar-benar membunuh kita berempat. Bagaimana tidak jarum jam
menunjukkan pukul tujuh kurang lima menit sedangkan jadwal keberangkatan kereta
kami pukul 07.24 sedangkan dengan menggunakan angkotan umum dari kampus UIN
Maliki ke stasiun terkadang bisa sampai kurang lebih dua puluh menit, karena
apa mereka harus mencari penumpang, menurunkan menaikkan belum lagi harus
berputar-putar karena jalur yang telah ditentukan. Betapa khawatirnya kita,
hingga kita sempat berputus asa. Tapi tidak bagi Riski, ia mencoba berfikir
positif sambil berdoa pada tuhan jika semua akan baik-baik saja. Dan tarrraaaa.
Tepat waktu, eh tapi gak sih tapi juga tepat juga *huftt, bingung*. Dikatakan tepat
waktu karena saat itu kereta belum berangkat meski sudah pukul 07.24 lebih, dan
dikatakan tidak tepat karena lebih dari batas waktu. Lalu dengan tanpa pilih
kami masuk kesembarang gerbong karena tiket yang kami dapatkan bukan tiket emas
dengan fasilitas tempat duduk, melainkan tiket tanpa tempat duduk. Meski tiket
zonk yang kami dapat, dengan pede dan tampang cuek kami segera menduduki tempat
yang kosong. Hingga setelah beberapa menit kita menunggu keberangkatan akhirnya
kereta mulai berjalan. Dan itu akhir masalah kedua.
Selfie saat didalam kereta
Satu demi satu stasiun telah
terlewati mulai dari stasiun kota baru, stasiun kota lama, stasiun ngerbruk,
stasiun sumber pucung, stasiun kepanjen, dan masih banyak lagi yang aku sudah
tak hafal karena bukan didaerah Malang lagi. Menit berlalu menit, sampai saat
kurang lebih pukul setengah sebelas aku bersama ketiga kawanku sampai di kota
Blitar. Sebelumnya kita belum ada yang pernah ke kota Blitar, lalu jalan
satu-satunya adalah bertanya pada teman yang tahu seluk beluk kota Blitar dan
memang benar-benar orang Blitar. Hingga kita mendapatkan jawaban atas kegalauan
kita karena dengan apa kita sampai ke rumah bung Karno beserta makamnya? Andong
yang bisa disewa untuk mengantarkan kita berkeliling kota dengan harga yang
cukup terjangkau. Dengan cepat kita tawar harga dan tanpa perlu waktu lama kita
mendapatkannya. Kemudian sesegera mungkin kita mengarahkan pak kusir untuk
mengantarkan menuju Rumah masa kecil Bung Karno sebelum menjadi presiden. Karena
yang lebih dekat dari stasiun.
Tiba di Stasiun Kota Blitar
Dirumah tersebut kita dipandu oleh
pemandu dengan seragam batik. Kita diajak menyusuri sepanjang rumah tersebut. Dilihatkan
tempat-tempat sejarah seperti kamar Soekarno, kamar ibunda beliau, kakah
beliau. Lukisan-lukisan dengan wajah Soekarno, photo-photo keluarga mulai dari
Ibunda, hingga anak-anak Soekarno. Beberapa tongkat, mobil pribadi, sepeda
ontel serta masih banyak lagi yang menjadi isi dari rumah Soekarno yang banyak
orang menyebutnya dengna julukan Istana Gebang.
Dalam Rumah Bung Karno
Itu tu, gambar kita berempat di rumah
Bung Karno dengan juru photonya bapak pemandunya hihihi. Oh ya sama satu lagi
ada photo Bung Karno yang unik tapi gak heran sih soalnya udah tahu sebelumnya
di kraton Jogja. Jadi gambar dengan pose Bung Karno yang telunjuknya nunjuk dan
jika dilihat dari manapun seolah-olah tangan beliau nunjuk kearah kita. Tapi sayang
gak ada gambarnya. Oh ya, disana juga
sempat digunakan sebagai tempat pengambilan gambar dalam film Soekarno yang
sedikit kontrofersi. Bahkan kata pemandunya sebenarnya apa yang ada dalam film
Soekarno tersebut tidak sama seperti apa yang ada pada diri Soekarno
sebenarnya. Selain itu disana juga disediakan penginapan bagi wisatawan yang
ingin bermalam yang berlokasi didepan rumah. Jika kita semakin menyusuri
kedalam kita akan mendapatkan sumur tua yang telah ada sejak Bung Karno masih
sugeng serta ada dapur dan halaman belakang yang masih sangat asri karena
perawatannya masih selalu dijaga. Berjalan kedepan dari halaman belakang akan
kita temukan mushola yang saat ini dimanfaatkan untuk tempat istirahat dan
sholat bagi pengunjung. Serta kedepan sedikit akan kita dapatkan aula yang tak
diketahui sebagai apa tempat tersebut.
Pernak-pernik rumah Bung Karno
Itu akhir dari perjalanan kita
di Istana Gebang atau Rumah Bung Karno. Kemudian dilanjutkan di Kebun Rojo,
tempat bermain anak-anak atau taman kota mungkin ya. Sebenarnya bukan agenda
kami datang ketempat itu, tapi karena tempat itu berada disamping Rumah Bung
Karno so mengapa tidak kita kunjungi saja toh bapak kusir juga mau menunggu
kita untuk singgah ditempat itu. Disana kita temukan miniature hewan-hewan
seperti badak, gajah, jerapah, dan masih banyak lahi. Ada mobil-mobilan yang
biasa dipakai anak-anak bermain serta air mancur yang menjulang keatas dan
tempat duduk bagi para orang tua yang sedang menunggu anaknya bermain. Ya,
maklum namanya jug ataman bermain pasti banyak lah ya aneka mainan. Meski banyak
anak kecil yang berlalu lalang bermain tapi kita tak pernah lupa untuk
menyempatkan moment selfie bersama :)
Bersama miniatur Badak di Kebon Rojo
Lelah berjalan-jalan di taman
bermain Kebun Rojo saatnya berangkat menuju tujuan terakhir di kota Blitar,
Makam Bung Karno. Tapi sepertinya alam kurang bersahabat dengan kita. Ya, saat
langit mulai dipenuhi gumpalan awan hitam yang menggantung dan mulai meneteskan
air langit. Meski hanya beberapa menit kita berputar digaleri, tapi mendinglah
sedikit tahu tentang siapa sih sosok Bung Karno dan bagaimana kehidupan beliau
mulai dari masa muda sampai diasingkan hingga akhirnya wafatlah beliau. Dalam galeri
juga banyak photo-photo serta gambaran dengan keterangan yang menjaelaskan
perjuangan beliau. Serta ada teks proklamasi yang ditandatangani Ir. Soekarno. Hingga
lebatnya hujan dengan kencangnya angin menyapa kita setelah kita sampai di
makam beliau lalu kita berdoa mengirimkan fatihah untuk beliau dan menunggu
hujan reda.
Isi Galeri Makam Bung Karno
Pukul 17.38 saatnya melanjutkan
perjalanan menuju kota Kediri. Kota yang dulu pernah aku singgahi selama satu
bulan belajar bahasa. Tapi kali ini aku hanya ingin bermain di kota kecil penuh
kenangan itu bukan untuk belajar. Disana aku bersama ketiga temanku bermalam di
rumah kakak tingkat yang dulu satu asrama yang dia rela menjemput kita dari
stasiun sampai kerumahnya. Setelah sampai dirumahnya kita membersihkan diri,
makan dan berangkat menuju icon kota Kediri Simpang Lima Gumul. Melihat bagaimana
rasanya melihat Gumul dimalam hari dengan redupnya cahaya dan ramainya jalanan
ditemani dengan manisnya jagung bakar dan hangatnya sebungkus kacang.
Moment di SLG saat malam hari
Tak puas dengan Gumul dimalam
hari karena tak dapatkan hasil yang sempurna untuk berphoto. Lalu kita ulangi
di esok harinya *benar-benar niat banget deh* Esok yang cerah dengan udara
sejuk dank abut yang masih menyelimuti jalanan kota Krdiri kita terjang demi
mendapatkan gumul yang indah dipagi hari. Iya, kita memang dapatkan keindahan
SLG di pagi hari dengan hijaunya rerumputan, tapi tidak untuk berphoto. Karena sedikit
mendapat gangguan dengan tukang sapu yang membersihkan halaman sekitar Monumen.
Haha, moment yang tak terlupakan dengan kelucuan bahkan aku bersama teman-teman
berani mengusir pelayan itu karena kepentingan photo, dan ada beberapa gambar
yang terbackground oleh tukang
sapu. Hingga tukang sapu tersebut memarahi kita karena merasa menganggu
pekerjaannya sangat nakal sekali kita bahkan hampir kita minta bantu untuk
menfotokan kita, tapi tidak karena kita tidak mau mendapatkan kemarahannya
untuk yang kali kedua.
Indahnya Monumen Simpang Lima Gumul Pagi hari
And Finally, berakhirlah
perjalanan weekend kita dibulan Maret ini. saatnya kembali ke Malang bertemu
dengan skripsweet yang telah menunggumu menuju pintu terakhir di kampus UIN
Maliki. Dan ini gambar terakhir saat kita menunggu kereta di stasiun Kediri
menuju kota Malang. See you later….
Selfie saat menunggu kedatangan kereta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar