Hai
malam.
Apa
kabarmu?
Apa
kau masih sama dengan malam yang lalu???
Aku
harap kau sudah berubah.
Malam.
Bolehkan aku bercerita sepenggal kisah tentang seseorang?
Dia
seorang yang baru aku kenal. Dia seorang yang baru aku jumpa. Dia seorang yang
baru aku tahu. Dia seorang yang baru mengeja namaku. Dia seorang yang tanpa
alasan aku ingin berlama-lama dengannya.
Entah,
rasa apa ini, Malam.
Yang
aku tahu aku hanya bahagia memikirkannya. Yangvaku tahu aku tak jemu terkotori
dengan bayangnya. Yang aku tahu aku ingin selalu dan selalu mendoakannya dalam
kerinduanku.
Malam.
Tegur aku jika aku salah. Hentikan aku jika aku bodoh. Lenyapkan aku jika semua
ini sia-sia.
Malam.
Jika aku boleh meminta satu permintaan padamu. Aku ingin mengirimkan selembar surat
yang kutitipkan padamu jika hari ini aku merindukannya. Jika sejak saat aku mulai
bisa mengeja namanya aku sudah mengatakan aku teramar merindukannya. Meski kau pasti
tahu malam, bagaimana liku-liku kisah ini. Bukan menyedihkan atau teramat drama.
Tapi bagaimana aku mengungkapkannya. Bahkan aku tak tahu bagaimana caraku
merangkai kata. Aku rasa merangkai sekumtum mawar merah jauh lebih mudah dari
merangkai sebuah ketulusan kata. Mungkin hal itu yang membuat para pengagum
cinta lebih memilih memberi rangkaian mawar merah dari pada memberi lusinan
kata-kata dalam goresan tinta.
Malam,
kau tahu jika aku rela hanya kumpulan garis yang kutilis dalam lembaram kertas
menjadi prasasti banyaknya kerinduan yang aku miliki. Aku rela jika garis-garis
itu akan menjadi abu dikemudian hari. Aku rela jika semua doa yang kukirimkan
tak sampai. Aku rela jika harus menyia-nyiakan permintaanku pada tuhan hanya
untuk sebuah kerinduan tanpa balasan. Aku rela melakukan semua itu. Entah
karena apa. Entah siapa yang mendorong tuk lakukan semua itu. Aku hanya
berharap pada takdir tuhan. Aku hanya berharap pada banyaknya garis yang telah
kuukir. Aku hanya berharap pada sembah sujudku. Aku hanya berharap pada sang
maha cinta yang mengajarkan rasa cinta pada setiap hambanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar