Sabtu, 29 September 2012

Unsur-Unsur Puisi, Prosa, dan Drama


UNSUR - UNSUR PEMBANGUN PUISI, PROSA, DAN DRAMA

Unsur Pembangun Puisi Berikut ini merupakan beberapa pendapat mengenai unsur-unsur puisi:
a) Richards (dalam Tarigan, 1986) mengatakan, bahwa unsur puisi terdiri dari; (1) Hakikat puisi yang melipuiti tema (sense), rasa (feeling), amanat (intention), nada (tone), serta (2) Metode puisi yang meliputi diksi, imajeri, kata nyata, majas, ritme, dan rima.
b) Waluyo (1987) mengatakan, bahwa dalam puisi terdapat struktur fisik atau yang disebut pula sebagai struktur kebahasaan dan struktur batin puisi yang berupa ungkapan batin pengarang.
c) Altenberg dan Lewis (dalam Badrun, 1989:6), meskipun tidak menyatakan secara jelas tentang unsur-unsur puisi, namun dari outline buku mereka bisa dilihat adanya (1) Sifat puisi, (2) Bahasa puisi: diksi, imajeri, bahasa kiasan, sarana retorika, (3) Bentuk: nilai bunyi, versifikasi, bentuk, dan makna, (4) Isi: narasi, emosi, dan tema.
d) Dick Hartoko (dalam Waluyo, 1987:27), menyebut adanya unsur penting dalam puisi, yaitu unsur tematik atau unsur semantik puisi dan unsur sintaksis puisi. Unsur tematik puisi lebih menunjuk ke arah struktur batin puisi, unsur sintaksis menunjuk ke arah struktur fisik puisi.
e) Meyer menyebutkan unsur puisi meliputi; (1) Diksi, (2) Imajeri, (3) Bahasa kiasan, (4) Simbol, (5) Bunyi, (6) Ritme, (7) Bentuk [Badrun, 1989:6]. Adapun unsur intrinsik puisi tersebut adalah sebagai berikut. 1) Tema (sense), yaitu pokok persoalan (subjek matter), suatu ide, gagasan atau hal yang hendak dikemukakan oleh penulis, baik tersurat atau tersirat. Contoh: pendidikan, sosial, budaya, dan lain-lain. 2) Tipografi disebut juga ukiran bentuk puisi, yaitu tatanan larik, bait, kalimat, frase, kata dan bunyi untuk menghasilkan suatu bentuk fisik yang mampu mendukung isi, rasa dan suasana. 3) Amanat (intention), yaitu pesan, maksud/tujuan yang mendorong penyair menulis. 4) Nada (tone), yaitu sikap penyair terhadap pembacanya, misalnya sikap rendah hati, menggurui, mendikte, persuasif, dan lain-lain. 5) Perasaan (feeling), yaitu sikap pengarang terhadap tema (subjek matter) dalam puisinya, misalnya simpatik, konsisten, senang, sedih, kecewa, dan lain-lain. 6) Enjambemen, yaitu pemotongan kalimat atau frase diakhir larik, kemudian meletakkan potongan itu pada awal larik berikutnya. Tujuannya adalah untuk memberi tekanan pada bagian tertentu ataupun sebagai penghubung antara bagian yang mendahuluinya dengan bagian berikutnya. 7) Akulirik, yaitu tokoh aku (penyair) di dalam puisi. 8) Verifikasi, yaitu berupa rima (persamaan bunyi pada puisi, di awal, di tengah, dan di akhir); ritma (tinggi-rendah, panjang-pendek, keras-lemahnya bunyi). 9) Citraan (pengimajian), yaitu gambar-gambar dalam pikiran, atau gambaran angan si penyair. Setiap gambar pikiran disebut citra atau imaji (image). Gambaran pikiran ini adalah sebuah efek dalam pikiran yang sangat menyerupai gambaran yang dihasilkan oleh penangkapan kita terhadap sebuah objek yang dapat dilihat oleh mata (indra penglihatan). 10) Diksi, yaitu pemilihan kata-kata dengan cermat, teliti, dan setepat mungkin oleh penyair. 11) Kata konkret (imajinasi), yaitu penggunaan kata-kata yang tepat (diksi yang baik) atau bermakna denotasi oleh penyair. 12) Gaya bahasa (majas, figuratif language), yaitu bahasa kias yang menimbulkan makna konotasi tertentu.
Unsur ekstrinsik yang banyak mempengaruhi puisi antara lain: 1) unsur biografi, yaitu latar belakang atau riwayat hidup penulis, 2) unsur nilai dalam cerita, seperti ekonomi, politik, sosial, adat-istiadat, budaya, dan lain-lain, serta 3) unsur kemasyarakatan, yaitu situasi sosial ketika puisi itu dibuat.


Unsur Pembangun Prosa Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik Prosa Unsur pembangun prosa terdiri dari struktur dalam atau unsur intrinsik serta struktur luar atau unsur ekstrinsik.
Adapun unsur intrinsik prosa terdiri atas sebagai berikut.
1) Tema, yaitu suatu yang menjadi pokok masalah atau persoalan sebagai bahan karangan, yang diungkapkan dalam suatu cerita oleh pengarang. Tema prosa fiksi terutama novel dapat terdiri dari tema utama serta beberapa tema bawahan. Sedangkan untuk cerpen (cerita pendek) hanya memiliki tema utama saja. Untuk dapat menentukan tema suatu cerita kita dapat menempuh dengan jalan bertanya sebagai berikut. a. Mengapa pengarang menulis cerita tersebut? b. Apa tujuan pengarang menulis cerita tersebut? c. Faktor apa yang menyebabkan atau menjadikan suatu karangan bermutu dan berharga?
2) Amanat, yaitu pesan-pesan yang disampaikan oleh si pengarang melalui cerita yang digubahnya. Si pengarang menyampaikan amanatnya dengan dua cara, yaitu: a. secara eksplisit (terang-terangan): pembaca dengan mudah menemukannya; dan b. secara implisit (tersirat/tersembunyi): untuk menemukan amanat dalam hal ini, pembaca agak sukar menemukannya, terlebih dulu pembaca hendaknya membaca secara keseluruhan isi cerita tersebut.
3) Alur/plot, yaitu urutan atau kronologi peristiwa yang dilukiskan pengarang dalam suatu cerita rekaan, terjalin satu dengan yang lainnya. Alur dapat diklasifikasikan menjadi tiga macam, yaitu sebagai berikut. A. Alur umum, tahap-tahapannya adalah sebagai berikut. a) Eksposisi (Perkenalan/Pengantar) Eksposisi adalah proses penggarapan serta memperkenalkan informasi penting kepada para pembaca. Melalui eksposisi, seorang pengarang mulai melukiskan atau memaparkan suatu keadaan, baik keadaan alam maupun tokoh-tokoh yang ada di dalam cerita tersebut, serta informasi-informasi yang akan diberikan pengarang kepada pembaca melalui uraian eksposisi tersebut. b) Komplikasi (Penampilan Masalah) Komplikasi adalah adanya masalah yang terjadi di antara para tokoh, baik tokoh dengan tokoh, tokoh dengan tempat, maupun tokoh dengan suasana yang terdapat dalam cerita rekaan. c) Klimaks (Puncak Ketegangan) Klimaks adalah suatu permasalahan yang telah mencapai pada puncaknya (meruncing). d) Antiklimaks (Ketegangan Menurun/peleraian) Antiklimaks adalah suatu peristiwa yang ditandai dengan menurunnya tingkat permasalahan yang terjadi pada tokoh. e) Resolusi (Penyelesaian) Resolusi adalah kejadian akhir yang merupakan penyelesaian permasalahan di atara para tokoh cerita. B. Berdasarkan cara menyusun tahapan-tahapan alur, maka dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu sebagai berikut. a) Alur Lurus (Alur Maju/Alur Agresif), yaitu rangkaian cerita dikisahkan dari awal hingga cerita berakhir tanpa mengulang kejadian yang telah lampau. b) Alur Sorot Balik (Alur Mundur/Alur Regresif/Flash Back), yaitu kebalikan dari alur lurus. Rangkaian ceritanya mengisahkan kembali tokoh pada waktu lampau. c) Alur Campuran, yaitu gabungan antara alur maju dan alur sorot balik. C. Berdasarkan hubungan tahapan-tahapan dalam alurnya, maka dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut. a) Alur Rapat, yaitu alur yang terbentuk apabila alur pembantu mendukung alur pokoknya. b) Alur Renggang, yaitu sebaliknya, alur yang terbentuk apabila alur pokok tidak didukung oleh alur pembantu. D. Berdasarkan kuantitasnya, maka dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut. a) Alur tunggal, yaitu alur yang hanya terjadi pada sebuah cerita yang memiliki satu jalan cerita saja, biasanya terjadi pada cerpen. b) Alur ganda, yaitu alur yang terjadi pada sebuah cerita yang memiliki jalan cerita lebih dari satu, biasanya ada pada novel.
4) Tokoh, yaitu pelaku di dalam cerita dan mengambil peranan dalam setiap insiden-insiden. Tokoh terdiri atas sebagai berikut. a) Tokoh Protagonis (Tokoh Utama/Tokoh Sentral), yaitu tokoh yang paling berperan dalam cerita dan umumnya bersifat baik. b) Tokoh Antagonis (Lawan Peran Utama), yaitu tokoh yang menentang tokoh protagonis, umumnya memiliki sifat yang jahat. c) Tokoh Komplementer (Pembantu), yaitu tokoh sampingan yang berperan sebagai pembantu tokoh protagonis dan antagonis.
5) Penokohan (Perwatakan), yaitu watak atau karakter dari para tokoh di dalam cerita. Adapun jenis penggambaran watak tokoh dapat dilakukan dengan tiga metode, yaitu: a) Metode analitik, yaitu pemaparan secara langsung (eksplisit) watak atau karakter para tokoh dalam cerita, seperti; penyayang, penyabar, keras kepala, baik hati, pemarah, dan lain sebagainya. b) Metode dramatik, yaitu metode penokohan yang dipergunakan pencerita dengan membiarkan para tokohnya untuk menyatakan diri mereka sendiri lewat kata-kata, dan perbuatan mereka sendiri, misalnya lewat dialog, jalan pikiran tokoh, perasaan tokoh, perbuatan, sikap tokoh, lukisan fisik, dan sebagainya. c) Metode kontekstual, yaitu cara menyatakan watak tokoh melalui konteks verbal yang mengelilinginya. Jelasnya, melukiskan watak tokoh dengan jalan memberikan lingkungan yang mengelilingi tokoh, misalnya: kamarnya, rumahnya, tempat kerjanya, atau tempat di mana tokoh berada. Watak tokoh terdiri dari sifat, sikap, serta kepribadian tokoh. Penokohan dapat dilakukan melalui dimensi (a) fisik, (b) psikis, dan (c) sosial.
6) Latar (setting), yaitu mengenai lingkungan (tempat/lokasi, waktu, dan suasana) terjadinya suatu peristiwa di dalam cerita. - Tempat : umpamanya di rumah sakit, daerah wisata, di daerah transmigran, di kantor, di kamar tidur, di halaman, dan lain sebagainya. - Waktu : tahun, musim, masa perang, suatu upacara, masa panen, periode sejarah, dan sebagainya. - Suasana : aman, damai, gawat, bergembira, berduka/ berkabung, kacau, galau, dan sebagainya.
7) Sudut pandang (point of view), yaitu status atau kedudukan si pengarang dalam cerita. Ada empat macam sudut pandang, antara lain: a) pengarang sebagai orang pertama sebagai pelaku utama (pengarang = aku); b) pengarang sebagai orang pertama sebagai pelaku sampingan; c) pengarang berada di luar cerita sebagai orang ketiga; dan d) kombinasi atau campuran, kadang-kadang di dalam dan kadang-kadang di luar cerita. 8) Gaya Bahasa (Majas) disebut juga “langgam, corak, bentuk, atau style bahasa” yaitu cara yang digunakan oleh si pengarang untuk mengungkapkan maksud dan dan tujuannya baik dalam bentuk kata, kelompok kata, atau kalimat. Jadi, gaya bahasa atau majas meliputi; kata, frasa atau kelompok kata, kalimat (struktur) biasa/majas. Gaya bahasa atau majas adalah ibarat kendaraaan bagi seseorang pengarang yang akan membawanya kemana arah tujuan yang ingin ditujunya. Gaya bahasa atau majas merupakan faktor dominan dalam karya prosa fiksi. Penokohan dapat dilakukan menggunakan metode (a) analitik, (b) dramatik, dan (c) kontekstual. Metode analitis/langsung/diskursif, yaitu penyajian watak tokoh dengan cara memaparkan watak tokoh secara langsung. Metode dramatik/taklangsung/ragaan, yaitu penyajian watak tokoh melalui pemikiran, percakapan, dan lakuan tokoh yang disajikan pengarang. Bahkan dapat pula dari penampilan fisiknya serta dari gambaran lingkungan atau tempat tokoh. Metode kontekstual, yaitu penyajian watak tokoh melalui gaya bahasa yang dipakai pengarang.

Unsur Ekstrinsik Karya Sastra Prosa Unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berasal dari luar aspek sastra, yang ikut membangun penyusunan suatu karya sastra.
Unsur-unsur luar ini meliputi:
1. Nilai-nilai dalam cerita (agama, budaya, politik, ekonomi);
2. Latar belakang kehidupan pengarang; dan
3. Situasi sosial ketika cerita itu diciptakan. Unsur Pembangun Drama Seperti karya sastra lain, drama juga memiliki unsur-unsur pembangun drama.

Unsur-unsur drama menurut Waluyo (2001) adalah sebagai berikut:
(1) Tema, tema merupakan gagasan sentral yang menjadi dasar disusunya atau dibuatnya drama;
(2) Plot atau alur, merupakan jalinan cerita dari awal sampai akhir cerita. Jalinan cerita ini berupa jalannya cerita dalam drama yang berupa permasalahan, konflik, klimaks cerita atau permasalahan, dan akhir atau penyelesaian permasalahan;
(3) Penokohan dan perwatakan, penokohan atau perwatakan merupakan jati diri seorang tokoh. Apakan seoarang tokoh itu baik, jahat, buruk, pendengki atau memiliki watak lainya. Perwatakan atau penokohan dalam pementasan drama dapat dilihat secara langsung oleh penonton pementasan tersebut dari sikap, ucapan, tingkah laku, suara serta tingkah laku lainya. Namun secara teori, drama sendiri mengungkapkan penokohan atau perwatakan yang dimiliki seorang tokoh yang dilakukan secara eksplisit dan implisit. Eksplisit dari pendapat atau komentar tokoh lain dalam cerita, dan implisit dari tingkah polah tokoh itu sendiri;
(4) Dialog, dialog atau percakapan merupakan unsure utama yang membedakan drama dengan cerita lain. Dialog dalam drama merupakan dialog yang digunaknan dalam kehidupan sehari-hari sesuai hakikat drama yang merupkan tiruan kehidupan masyarakat. Dialog merupakan hal yang sangat vital bagi sukses tidaknya sebuah drama yang dipentaskan, apabila pemeran tokoh dapat menyampaikan dialog dengan penuh penghayatan niscaya keindahan dan tujuan pementasan dapat tercapai;
(5) Setting, setting merupakan latar terjadinya cerita. Setting meliputi setting waktu, setting waktu tempat, dan setting ruang;
(6) Amanat, merupakan pesan yang hendak disampaikan pengarang lewar drama yang diciptakan. Amanat sebuah drama dapat kita ketahui setelah kita mengapresiasi drama tersebut;
(7) Petunjuk teknis, petunjuk teknis merupakan petunjuk mementaskan atau mengaudiovisualkan naskah drama. Petunjuk teknis juga biasa disebut teks samping;
(8) Drama sebagai interpretasi kehidupan, unsur ini bukan merupakan unsure fisik melainkan lebih pada unsure idea atau pandangan dasar dalam menyusun drama yang merupakan tiruan kehidupan manusia atau miniature kehidupan manusia yang dipentaskan.
Adapun unsur intrinsik drama terdiri atas sebagai berikut. 1) Tema, yaitu ide pokok/gagasan utama/pengalaman yang terdapat dalam drama, merupakan sasaran tujuan. Tema dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: a. Tema Mayor, yaitu tema utama yang terdapat dalam drama. b. Tema Minor, yaitu tema sampingan selain tema utama, merupakan subtema yang berfungsi untuk memperkuat tema mayor. 2) Alur (plot), yaitu rangkaiaan kejadian dalam sebuah cerita yang dibentuk oleh tahapan-tahapan yakni dimulai dari eksposisi (perkenalan) sampai tahap resolusi (penyelesaian). 3) Tokoh, yaitu pelaku dalam drama. Tokoh dapat dibedakan menjadi beberapa tahapan, yaitu: a. The Foil, yaitu tokoh yang kontras dengan tokoh lain, yang berfungsi sebagai pembantu tokoh lain (figuran). b. The Type Character, yaitu tokoh yang mampu memerankan berbagai peran (karakter) dengan baik. c. The Static Character, yaitu tokoh yang tidak mengalami perubahan (tetap).  Selain tokoh di atas, juga ada tokoh-tokoh lainnya yaitu: a) tokoh protagonis, yaitu tokoh utama dalam drama yang dimunculkan untuk mengatasi persoalan dalam cerita. b) tokoh antagonis, yaitu tokoh yang melawan atau menentang tokoh protagonis (tokoh jahat). c) tokoh tritagonis, yaitu tokoh penengah (pelerai) yang sifatnya netral. 4) Penokohan (perwatakan), yaitu watak atau karakter dari para tokoh di dalam cerita. 5) Dialog, yaitu percakapan yang dilakukan oleh dua orang tokoh atau lebih dalam drama. Selain itu, ada juga beberapa istilah tentang percakapan yaitu: a. monolog, yaitu percakapan yang dilakukan seorang diri. b. prolog, yaitu kata-kata pendahuluan dalam drama. c. epilog, yaitu kata-kata penutup dalam drama. 6) Latar, yaitu tempat dan waktu terjadinya peristiwa atau insiden dalam drama. 7) Lakuan, yaitu gerak-gerik dalam sebuah drama sesuai dengan peran tokoh. 8) Amanat, yaitu pesan yang ingin disampaikan kepada audience (pembaca ataupun penonton).
Unsur Ekstrinsik Karya Sastra Drama Adapun unsur ekstrinsik dalam drama, yaitu sound system, lighting, tata panggung, tata rias, dan tata busana.

Tidak ada komentar: