Tepat 1 Agustus
2015. Hari yang seharusnya bersejarah akhir dari perjuang di kampus Hijau UIN
Maliki. Tapi kenyataan berbicara lain, entah karena apa dengan tanpa alasan
yang pasti jadwal itu mundur satu minggu setelahnya. Okey, sejauh ini taka da masalah,
toh jika jadwa itu tetap seperti semula mungkin gak tahu aku
telah siap menyambut hari bahagia itu atau tidak, bisa jadi semua jauh lebih
kacau. Bukan karena susunan acara atau apa-apa tapi ternyata ada banyak
pernak-pernik yang harus disiapkan menuju sebuah pesta wisuda. Ya, mungkin bagi
teman-teman laki-laki tak masalah, karena mereka hanya butuh baju putih, celana
hitam, sepatu hitam, dan dasi tanpa harus susahnya mencari baju kebaya, make
up, dan lain sebagainya. Memang tak ada ketentuan harus menggunakan kostum
yang seperi ini itu sih, tapi itu kan akan menjadi salah satu momen yang
bersejarah dari beberapa momen sejarah yang lainnya, jadi gak ada
salahnya kan klo kita berpenampilan layaknya princess Elsa dengan
kekuatan frozen-nya.
Untuk mencapai
sebuah pesta wisuda teranyata tak semudah seperti apa yang aku bayangkan. Ya,
memang terkadang dongeng jauh lebih indah dari realita. Untuk mencapai sebuah final
chapter, step pertama yang harus dilakukan kamu harus menyelesaikan
kuliah semua teori yang biasanya ada di semester 1 sampai 7 *klo ada lebihnya
itu bonus*, selanjutnya kamu harus melewati yang namanya (PM) Pengabdian Masyarakat
dilanjut PKL (Praktek Kerja Lapang) *karena dikampusku emang dibedain antara
even dengan masyarakat yg berbasis masjid dengan even yg sesuai jurusan* Ya,
manfaatnya kita semakin banyak pengalaman dan semakin dapet banyak teman. Itu rangkaian
acara yang harus dilewati sebelum kita berhadapan dengan yang namanya skripsi.
Saat menuju
penulisan skrispsi, aku kira udah tinggal nulis aja trus dapet acc, and ujian,
lulus. Ternyata banyak batu terjal yang harus dilewati. Yang pertama kita harus
pernah mengikuti yang namanya seminar proposal, bukan sebagai peserta tapi
sebagai penonton dan kudu dapet ttd dari penguji sebanyak 20 kali. Lalu, baru
kita bisa boleh ikut seminar proposal yang kita sebagai peserta seminar. Eits,
tapi sebelum proposal kita diseminarin, judul harus disetujui sama dosen wali da
nada bukti klo setuju dg tanda hitam diatas putih. Satu tahap selesai, lanjut
berikutnya. Konsultasi ke sekretaris jurusan, kasih tahu klo judul ini
alasannya, teori apa, nanti mau dibuat kayak gimana, baru bisa acc. Setelah dapet
acc dari SekJur, jangan seneng dulu karena masih harus nunggu waktu ditempelin
siapa dosen pembimbingnya. Tapi jangan negbayangin dulu klo rentetan jadwal itu
bakalan mulus, bisa jadi saat di dosen wali udah diribetin suruh ganti-ganti
trus, habis itu belum ke SekJur juga gitu, trus waktu nunggu dikasih dosen
pembimbing juga gak sebentar bisa bulanan nunggu pengumuman. Hmmmm. Kuncinya baik-baik
buat track record sama semua dosen deh, dan sok-sok kenal aja sama semua
dosen. Hehehe.
Beberapa bulan kemudian,
akhirnya yang kutunggu datang juga pengumuman nama-nama dosen pembimbing. Kebetulan
pas banget si dosen pembimbingku itu Kyai di Ma’had Sunan Ampel Al-Ali. Beliau termasuk
satu diantara beberapa dosen yang teliti banget masalah tulisan, nahwu-shorof
dan termasuk dosen yang udah lama tapi kelebihannya beliau sabar banget gak
pernah marah-marah dan baik hati banget. Beberapa hari setelah dapet itu
DosBing, segera mungkin aku kerumahnya buat perjanjian kapan kita bisa ketemuan
konsultasi skripsiku karena aku anak bimbingannya plus nyerahin proposal yang
udah aku buat supaya dikoreksi dan aku bisa ambil dikemudian hari. Kemudian
tanpa basa-basi saat hari H aku ke rumahnya, dan apa yang hasilnya tulisanku
banyak banget bahkan hampir sempurna salah. Mulai dari nulis alifnya, yaknya,
hamzahnya, trus nahwu-shorofnya, susunan kalimatnya. Hmmmm. Klo kata beliau,
tulisanku gak berbunyi yang berarti gak bisa diartikan tapi gak bisa dibaca dan
kudu bin wajib revisi. Konsultasi pertama udah digituin gimana mau selanjutnya
meski gak ada nada marah tapi kan malu.
Sepulang dari
konsultasi aku mulai berfikir, gimana caranya aku revisit tu proposal. Akhirnya
aku curhat ke salah seorang ustdzahku. Aku minta solusi, dan akhirnya gak
sia-sia ada banyak solusi yang diberikan mulai dari penataan gimana cara nulis
latar belakang, diisi apa aja, dan lainnya. Setelah aku perbaiki tu proposal,
aku tashihkan ke temanku yang dijuluki anaknya Sibawaih *Ulama Nahwu* emang
pantes sih dijuluki seperti itu dengan alasan nilai nahwunya selalu dapat A
hampir jarang sekali ada kesalahan klo masalah nahwu baik ekspektasi *dalam
nilai* dan realita dan aku emang udah percaya kebenarannya.
Dipertemuan berikutnya,
yippi hanya ada beberapa coretan di proposalku dan langsung acc dengan sedikit
revisi itu. Dengan kata lain, aku udah diperbolehkan mengikuti seminar
proposal, tapi sayangnya jadwal seminar proposal selalu gak ada kepastian jadi
selalu berujung pada penantian semu. Okey, klo ini memang jalan menuju akhir
yang indah *mulai baper :D*. Hingga akhirnya pertengahan bulan Mei hampir
akhir, baru ada jadwal seminar proposal, yang mundur dari jadwal awal yang ada
di Mei awal.
Jika ditanya bagaimana
rasanya seminar proposal? Lancar gak lancar, seneng gak seneng, tegang gak
tegang. Bisa juga dikatakan flat. Bagaimana tidak, dimalam hari sebelum
siangnya seminar proposal. Aku merasa sangat lelah, sakit kepala yang gak bisa
ditahan, badan gak enak dan akhirnya aku drop. Itu dimalam hari, yang
seharusnya aku belajar, siap-siap apa yang harus dipresentasikan esok hari dan
lainnya, tapi apa dikata tuhan berkehendak lain. Okeyh, berharap dipagi harinya
aku lebih baik setelah semalam bed rest. Ya, memang tapi gak sepenuhnya
dengan sedikit pemaksaan harus baik dan sembuh. Hingga siang menjelang, mau
tidak mau aku harus ikut tu acara. Dan untungnya saat itu satu ruanganku berisi
sepuluh orang maju bersama, dan dosen pengujinya tiga salah satu dosen
pembimbing, tapi berruntungnya aku gak ada celaan hanya saran yang baik-baik
dan ada revisi sedikit. Tahap pertama selesai.
Setelah ujian
proposal, ada ujian lagi untuk syarat mengikuti ujian skripsi. Ya, ujian
komprehensif jadi ujiannya semi menegangkan tapi sebenarnya gak begitu sih. Kenapa
semi menegangkan? Karena disana yang diujikan semua materi selama kuliah tujuh
semester. Dibagi menjadi dua hari, yang pertama untuk bidang keagamaan, yang
kedua bidang kebahasaan karena aku ambil konsentrasi bahasa dan bidang
kesusastraan untuk konsentrassi sastra. Bayangkan, gimana cara belajarnya semua
mata kuliah yang pernah dikasih diujikan dalam beberapa menit. Hmmm. Mending gak
belajar aja deh dari pada harus pusing baca seabrek materi.
Finally, dua tahap
selesai juga. Lalu dengan waktu yang sangat sempit itu *Mei samapai pengumpulan
berkas skripsi Juni* aku harus punya time schedule untuk bisa mencapai target. Karena
sebelum seminar proposal aku udah pernah konsultasi BAB II, jadi setelah
seminar proposal tinggal nambahin dan lanjutin. Hingga akhirnya hari berganti
hari, jam berganti jam, menit berganti menit, dan detik selalu berjalan *kayak
apa aja*akhirnya sampai aku di BAB IV yang berisi kesimpulan dan saran. Setelah
itu aku mendapatkan acc tersirat. Ya, aneh memang acc tersirat. Kenapa seperti
itu? Karena disana dosen pembimbing memintaku untuk menyerahkan semua isi
skripsi dengan utuh mulai dari halaman sampul sampai latar belakang. Yang intinya
aku acc untuk ujian skripsi tapi belum dapat tanda tangan, kurang lebih itu acc
tersirat. Lalu dihari berikutnya aku membawa semua isi skripsi penuh dan
langsung dapat tantan tangan persetujuan buat ujian. Oh, iya yang bikin sesuatu
lagi, mulai dari ujian kompre dan pengerjaan skripsi lalu kosnultasi hingga
ujian skripsi selesai ada di bulan Ramadhan, bulan yang dinanti-nanti banyak
insan dan katanya bulan penuh keberkahan. Dan semoga semua yang aku kerjakan
emang seperti itu.
Tampang setelah ujian
Setelah semua ujian
selesai, ternyata masih ada lagi. Dan ini tak kalah melelahkannya dari pada
mengerjakan skripsi. Klo mengerjakan skripsi, yang lelah pikiran, klo yang ini
yang lelah badan. Aku berubah profesi menjadi seorang PPT (Para Pencari Tandatangan).
Ya, aku harus kesana kemari, tapi kali ini bukan mencari alamat melainkan
sebuah tanda tangan mulai dari penuji utama, ketua penguji, sampai dekan. Tak cukup
sampai disitu aku harus bolak-balik ke tempat ngeprint gara-gara kesalahan-kesalahan
kecil dan bla-bla. Setelah selesai semua, baru kita jilidkan tu skripsi
Akhir dari skripsi
Nah, lo setelah ini
yang bikin kesel, soalnya tempatnya cari tanda tangan jaraknya jauh-jauh. Yang pertama
di fakultas, terus ke rektorat, lanjut ke perpus, dan terakhir ke pusat bahasa
satu lagi semua butuh jalan kaki dan harus naik tangga. Hmmmm. Menyebalkan sekali.
Tapi tak apalah yang penting sekarang tinggal menunggu party buat wisuda. Menunggu
party? Bukannya masih punya tanggungan buat nyerahin keperpustakaan pusat?
*gara-gara sebelum lebaran udah males sama penjaga perpus yang super nyebelin*
Okey, itu akhir
dari catatan akhir kuliahku. Dengan masa delapan semester, gak kurang gak lebih
pas. Happy graduation à 8 Agustus 2015.
2 komentar:
Lama gk muncul kemana non
Aneka Info
Posting Komentar