Senin, 03 Agustus 2015

#SurgaYangTakDirindukan




Film yang diangkat dari novel karya Asma Nadia dan pastinya nama yang tak asing lagi ditelinga para pembaca fiksi islami maupun penikmat film yang berbau religi. Karena telah banyak judul novelnya diangkat dalam sebuah drama, seperti Catatan Hati Seorang Istri yang di jadikan drama di salah satu stasiun televise hingga menjadi ratusan episode yang tanpa ujung, padahal jika kita tahu novelnya gak setebal filmnya. Ada lagi, Assalamu’alaikum Beijing, Emak Ingin Naik Haji, Jendela Rara, Aisya Putri, dan yang terakhir adaptasi dari Novel bunda Asma Nadia menjadi sebuah film Surga Yang Tak Dirindukan. Sangat banyak bukan, mustahil jika Asma Nadia tak menjadi tranding topic. Tapi jika boleh jujur, aku baru kali pertama membaca novelnya Asma Nadia dan itu adalah Surga Yang Tak Dirindukan, dan baru kenal sama Asma Nadia juga baru-baru ini. Kenapa aku membacanya, karena penasaran dengan film itu sebelum film itu ditayangkan. Alhasil, setelah aku membaca tuntas tak ada rasa kagum pada sosok Meirose. Dan itu sangat berbeda jauh dengan setelah aku menonton film Surga Yang Tak Dirindukan.
Alur dalam novel Surga Yang Tak Dirindukan berganti-ganti. Diawal menceritakan kehidupan Arini yang digambarkan sebagai gadis yang sholihah diperankan oleh Laudya Cintya Bella okeylah, tapi ada sedikit perbedaan dalam novel, karena dalam novel diceritakan jika Arini berbadan sedikit gemuk dan mempunyai tiga anak sedangkan di film hanya Nadia *kasihan mbak Bella kali ya klo harus ngurus tiga anak*. Kemudian bagian kedua sosok Meirose, seorang keturunan China tinggal di Indonesia dan hidup dengan bibinya yang memperlakukan dia layaknya babunya. Tapi tidak saat ditayangkan dalam sebuah film. Meirose diperankan oleh Raline Shah yang berangkat dari keluarga broken home dan tinggal bersama seorang pembantu. Untuk Prasetya, diperankan oleh Fedi Nurul, emmm bagiku cocoklah dengan wajah manisnya Fedi. Itu dari penokohannya.
Lanjut bahas filmnya, dalam film Surga Yang Tak Dirindukan memang lebih bagus dan lebih pasti, karena tak berakhir dengan sebuah ketidakpastian. Diawal film diceritakan Arini sebagai guru dari sebuah tempat belajar anak-anak kecil, dia sebagai guru yang pandai mendongeng dan tanpa sengaja bertemu dengan Prasetya yang mengantarkan Hizbi salah seorang murid Arina yang tidak sengaja terjatuh dijalan. Awal pertemuan Arini dengan Pras, dan ini jugasedikit berbeda seperti dalam novel yang diceritakan saat itu Arini sedang mencari sendalnya setelah mengikuti acara di masjid Kampus. Kemudian setelah berkenalan Pras adalah teman kakak Arini.

Sabtu, 01 Agustus 2015

Catatan Akhir Kuliah




Tepat 1 Agustus 2015. Hari yang seharusnya bersejarah akhir dari perjuang di kampus Hijau UIN Maliki. Tapi kenyataan berbicara lain, entah karena apa dengan tanpa alasan yang pasti jadwal itu mundur satu minggu setelahnya. Okey, sejauh ini taka da masalah, toh jika jadwa itu tetap seperti semula mungkin gak tahu aku telah siap menyambut hari bahagia itu atau tidak, bisa jadi semua jauh lebih kacau. Bukan karena susunan acara atau apa-apa tapi ternyata ada banyak pernak-pernik yang harus disiapkan menuju sebuah pesta wisuda. Ya, mungkin bagi teman-teman laki-laki tak masalah, karena mereka hanya butuh baju putih, celana hitam, sepatu hitam, dan dasi tanpa harus susahnya mencari baju kebaya, make up, dan lain sebagainya. Memang tak ada ketentuan harus menggunakan kostum yang seperi ini itu sih, tapi itu kan akan menjadi salah satu momen yang bersejarah dari beberapa momen sejarah yang lainnya, jadi gak ada salahnya kan klo kita berpenampilan layaknya princess Elsa dengan kekuatan frozen-nya.
Untuk mencapai sebuah pesta wisuda teranyata tak semudah seperti apa yang aku bayangkan. Ya, memang terkadang dongeng jauh lebih indah dari realita. Untuk mencapai sebuah final chapter, step pertama yang harus dilakukan kamu harus menyelesaikan kuliah semua teori yang biasanya ada di semester 1 sampai 7 *klo ada lebihnya itu bonus*, selanjutnya kamu harus melewati yang namanya (PM) Pengabdian Masyarakat dilanjut PKL (Praktek Kerja Lapang) *karena dikampusku emang dibedain antara even dengan masyarakat yg berbasis masjid dengan even yg sesuai jurusan* Ya, manfaatnya kita semakin banyak pengalaman dan semakin dapet banyak teman. Itu rangkaian acara yang harus dilewati sebelum kita berhadapan dengan yang namanya skripsi.

Kamis, 09 Juli 2015

(?)



Aku yang tertikam kehidupan. Lelah disiksa dengan keadaan yang tak pasti. Semua serba semu. Bahkan semua tampak jelas pada diriku. Untuk sebuah nama yang sebagaimana dikata William Shakespeare, apa arti sebuah nama. Tapi bagiku tidak begitu, nama adalah gambaran dari diri seorang. Dan aku bernamakan Tanya. Ya, entah bagaimana kedua orang tuaku berfikir hingga kata tanya menjadi pilihannya untuk inisial gadis yang dengan ribuan tanda tanya ini. Meski aku punya kata lain setelah Tanya, tapi tetap mereka para manusia memanggilku Tanya. Tak pernah menyapaku dengan nama akhirku Shafia yang jauh lebih indah. Dan mungkin hidupku tak akan seberat ini. bukan aku tak bersyukur. Tapi inilah kenyataan yang begitu keras.
Untuk hitungan tahun aku harus rela mengumpulkan kilogram keringat untuk dapat bertahan hidup. Lalu untuk hitungan bulan yang hanya punya tiga puluh hari yang dikata mereka para atasan teramat singkat. Aku harus rela mengorbankan waktu mudaku. Bahkan dalam kumpulan jam yang berderet angka satu hingga dua puluh empat aku harus rela memutar otakku dari tempat awalnya. Menjungkirkannya dari kepala ke bagian paling kotor, telapak kaki. Entah kepada siapa aku harus menyalahkan kehidupanku. Orang tuaku? Sejak aku mengenal usia satu tahun, aku tak pernah melihat kedua wajah mereka. Untuk selembar photopun tak pernah sedetikpun. Hingga aku sempat berfikir jika aku terlahir bukan dari seorang wanita, tapi aku terlahir dari letupan granat, bom atau yang lainnya. Benda yang selalu dihindari banyak insan karena tingkah lakunya yang kan meresahkan semua penduduk bumi. Tapi aku kembali berfikir logis, jika tak ada manusia dibumi ini yang lahir seperti timun mas dalam dongeng penimang upin-ipin dan kawannya.

Kamis, 16 April 2015

FILM : Fast and Farious 7



Kamis malam bertepatan tanggal 9 April 2015 lalu, hari dimana aku bersama teman-temanku menziarahi makam Paul Walker dan merubah studio bioskop menjadi tempat terakhir sang aktor (lebay :D). Jadi begini ceritanya, berawal dari sejak tanggal 3 April film Fast and Farious itu premier di bioskop-bioskop, dan waktu yang tidak menepati karena saat itu aku sedang di rumah, dan yang lebih parahnya lagi kota kelahiranku tidak menyediakan gedung bioskop yang layak atau bisa dikatakan telah ditutup so aku harus rela menunggu buat nonton salah satu film box office itu. Then hari Rabu aku segera kembali ke Malang, dan saat aku mulai mengajak teman-temanku yang cinema holic ternyata aku tertinggal. Lalu aku cari lagi hingga akhirnya aku menemukan Fitri teman sekelasku yang juga hobi nonton yang ternyata baru akan nonton di hari Kamis esok. Tak banyak fikir, aku segera mengajukan diri untuk ikut nonton bareng dan memesan satu tiket. 

Setelah tiket terbeli, kami mendapatkan jam malam pukul 18.30 di salah satu mall di Malang. Saat itu pukul 18.00 aku datang di gerbang belakang UIN Malang karena disitu tempat kita berangkat bareng tapi tidak untuk Fitri dia berangkat dari tempat dia mengajar private. So disana aku, Fia, Afis, Hudi, Sulthon, dan ceweknya yang entah siapa namanya. Setelah semua lengkap segera kita meluncur ke TKP melihat waktu yang semakin cepat menuju angka 18.30. Finally, kita tiba di dalam saat lampu bioskop sudah mati dan itu hal yang aku benci karena kita harus meraba-raba nomer tempat duduk, huhhhh.    

Kamis, 09 April 2015

Liebster Award




Well, karena aku udah di tag sama Fhea buat lanjutin game ini dan juga terfikir kayaknya asyik juga kali ya. Finally, bolehlah aku coba. :)
Sebenarnya aku juga gak paham dengan permainan yang dinamakan Liebster Award, karena pemainannya aneh, yaitu berawal dari segelintir aturan ini:
1.     Penerina award wajib berterima kasih kepada pemberi award.
2.     Penerima award wajib mendiskripsikan 11 fakta mengenai dirinya.
3.     Penerima award wajib menjawab 11 pertanyaan yang diberikan oleh si pembuat award.
4.     Penerima award wajib memilih 11 blogger lain sebagai nominator award berikutnya, dan berikan 11 pertanyaan untuk mereka.
Mulai dari aturan pertama, bilang makasih kepada pemberi award MAKASIH FHEA. (Cheklist -done-meski dengan emo muka merah sambil keluar asap dari talingo) Lanjut menuju aturan kedua yang berarti harus rela ngebuka aib sendiri *plakkkkk*.

Senin, 30 Maret 2015

Empat Sekawan dengan Weekend



Hei blog, apa kabar denganmu?
Apa kau baik saja?
Maaf jika akhir ini aku sedikit melupakanmu. Hingga kau telah mulai usang, mulai banyak karat *haha, emang blog terbuat dari besi?*
Kini aku ingin bercerita tentang perjalananku menjejaki tempat kelahiran sang proklamator, tempat dimana presiden pertamaku dilahirkan yang kemudian berlanjut ke tempat berdirinya salah satu gunung yang masih aktif di jawa timur.
Dimulai dari sabtu pagi saat matahari mulai menyapa dunia dengan rasa malasnya. Tepatnya tanggal 14 Maret 2015 aku bersama ketiga temanku dengan ketidaksiapan yang dipaksa untuk siap berangkat dari asrama menuju depan kampus UIN Maliki Malang. Kita berempat dengan personil Arina, Asmaul, Lintang dan Riski dengan langkah tergopoh-gopoh berangkat kedepan kampus. Alasan kenapa bisa tergopoh-gopoh, karena ketidaksiapan kita yang seharusnya telah jauh-jauh hari mempersiapkan apa saja yang dibawa saat menyusuri kota Blitar dan Kediri esok hari. Bahkan tiket kereta, barang yang sangat urgent harus lupa tak terbawa hingga akhirnya aku harus rela kembali guna mengambil tiket tersebut. Masalah yang pertama 

Kamis, 19 Februari 2015

Terima Kasih Angan Semu mu Dunia



Di bawah hujan keberlindung
Kuluapkan seluruh kerinduan
Kuungkapkan semua keluh kesah hati
Karena saat ini kuhanya bisa diam seribu bahasa
Tak ada yang bisa kulakukan kecuali menatap langit yang sama
Karena kutak kuasa tuk merubah takdir
Tak kuasa tuk menyalahkan
Tak kuasa tuk meratapi
Mengapa ku bertemu dengan mereka
Mengapa kubersahabat dengan mereka
Dan mengapa ku meninggalkan mereka
Di saat ku mulai menikmati kenyamanan dan keindahan persahabatan
Andai waktu bisa kuminta, beri sedikit waktu lagi tuk menyiapkan diri
Merelakan kepergian semua tentang kita
Tuk siapkan diri bagaimana menghapus memori indah yang pernah terukir bersama
Karena saat ini aku belum siap menanggalkan semua tentang Jogja
Dan jika aku boleh meminta lagi pada tuhan
Aku tak ingin bertemu dengan Jogja dalam masa 40 hari

Senin, 02 Februari 2015

Sepucuk Surat yang Tertinggal




Pernahkah kau merasa akan kesendirian? Lalu dalam kesendirimu kau dapati oase yang dapat kau jadikan teman untuk mencurahk seluruh kegundahan. Hingga suatu saat kau kehilangannya untuk selamanya bahkan mungkin kau tak pernah temukan ia lagi.
Aku Vera remaja berumur 20 tahun dengan kehidupan yang diiringi dengan rasa gundah, galau, dan kesendirian. Bagiku hidup hanya ada satu waktu dan satu kali. Tapi entah mengapa aku selalu dan selau dijumpai dengan rasa kesendirian. Mungkin karena aku terlahir di panti asuhan tanpa kejelasan kedua orang tua. Yang aku tahu hanyalah ibu Wati, ibu panti yang selalu setia menjadi teman curhatku. Lain dari itu aku tak pernah punya teman yang selalu setia menemaniku. Bagiku teman hanyalah bullshit. Semua sama hanya datang saat mereka membutuhkanku.
Hingga suatu malam aku menerobos jalanan kota Jogjakarta. Kulalui  semua penjuru kota Jogja dengan jalan kaki. Hingga kutemukan kilometer 0 sebagai pusat kota Jogja. Disana kutemukan seorang pria tampak berdiri lesu dengan tatapan mata kosong. Lalu kuhampiri ia. Harapan yang kuinginkan hanyalah menemukan keramaian dalam keramaian. Bukan kesendirian dalam keramaian.